Gaza Dilanda Krisis Pangan, PBB Sebut Israel Sengaja Batasi Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi
OCHA, memepringkatkan bahwa jutaan warga Gaza tengah dilanda krisis pangan usai Israel membatasi akses bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Badan kemanusiaan PBB, OCHA, memperingatkan bahwa jutaan warga Gaza tengah dilanda krisis pangan.
Peringatan ini muncul setelah Israel terus membatasi akses bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric di laman resmi OCHA mengatakan bahwa PBB telah memberikan bantuan kepada lebih dari 2.000 keluarga di Gaza bagian selatan dan tengah antara 22 Desember hingga 4 Januari.
Namun, otoritas Israel terus menolak upaya pengiriman bantuan yang dipimpin PBB untuk mencapai wilayah Gaza Utara, tempat warga Palestina terkepung selama lebih dari 90 hari.
"Keputusan ini akan berdampak buruk bagi orang-orang yang didukung oleh UNRWA memicu runtuhnya layanan bantuan dan kesehatan penting untuk pengungsi Gaza,” kata Lazzarini.
Tak sampai di situ, OCHA juga mengakui adanya ancaman yang datang dari pasukan Israel terus menyerang pekerja bantuan.
Israel bersikukuh tindakannya dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas.
Namun, akibat aksi pemblokiran akses pangan, jutaan warga Palestina saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan baik.
Israel Tembaki Konvoi Bantuan
Sebelumnya Program Pangan Dunia (WFP) di bawah PBB menuduh militer Israel sengaja menembaki salah satu konvoi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Tuduhan dilontarkan bukan tanpa alasan, pasalnya konvoi tiga kendaraan yang membawa delapan anggota staf dari Gaza tengah ke Kota Gaza di utara secara mengejutkan diberondong peluru saat berada di dekat pos pemeriksaan Wadi Gaza.
Baca juga: AS Bela Israel, Bantah Genosida di Gaza Padahal Banyak Korban Sipil, tapi Akui Genosida di Sudan
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, tetapi sedikitnya 16 peluru mengenai beberapa kendaraannya yang memiliki logo WFP dengan jelas.
"Peristiwa yang tidak dapat diterima ini hanyalah contoh terbaru dari lingkungan kerja yang kompleks dan berbahaya yang dialami WFP dan lembaga-lembaga lain saat ini," ujar WFP dikutip Al Jazeera.
Serangan ini menyebabkan dampak yang sangat buruk pada akses kesehatan dan perawatan medis warga Palestina.
Sejumlah rumah sakit mengalami kekurangan antibiotik dan obat-obatan untuk mengatasi nyeri dan penyakit tidak menular (PTM).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.