Kisah M Fadli, Menolak Menyerah Demi Indonesia
Jika takdir sudah ditentukan tak satu orang seorang pun bisa melawan. Pesan itu tampaknya sangat tepat disematkan kepada Muhammad Fadli Immanuddin.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Fadli menemukan cara baru untuk mengembalikan mimpinya, yakni melalui sepeda. Meski awalnya, bersepeda adalah hobi Fadli ketika dirinya masih mempunyai fisik sempurna, karena menurutnya bersepeda juga akan membantu menguatkan fisik yang diperlukan oleh seorang pebalap motor.
“Setelah kejadian itu memang saya lebih giat bersepeda, saya banyak latihan sepeda karena saya yakin saat latihan sepeda itu bisa meningkatkan stamina saya, kita punya latihan kardio kalau tidak lari, sepeda, renang, akhirnya saya pilih sepeda,” kata Fadli.
Seiring berjalannya waktu, kian hari Fadli fokus melakukan aktivitas bersepeda. Bahkan, kemana pun ia pergi, ia selalu membawa sepeda. Dan dari sini lah jalan Fadli untuk menjadi atlet kembali terbuka.
“Semenjak latihan sepeda semakin kuat, saya sampai ke Jogja buat latihan sepeda, kemana-mana tidak lupa bawa sepeda. Jadi benar-benar tidak bisa lepas dari sepeda. Saya main sama Doni Tata, teman balapan saya, main sepeda di sana,” cerita Fadli.
Setelah bersepeda, keakraban mereka pun kemudian diunggah melalui sosial media. Hingga akhirnya, Fadli pun menerima pesan masuk dari Puspita Mustika Adya, pelatih sepeda ternama Indonesia.
Pesan tersebut berisikan tentang ajakan Fadli untuk menjadi atlet para cycling Indonesia pertama.
“Pada saat itu saya tidak berpikir lama-lama, detik itu juga saya bilang mau. Itu tahun awal 2017. Kenapa saya terima ,karena pertama selama ini saya latihan otodidak, terus ditawari sama pelatih sepeda, terus kenapa tidak,” ujarnya,
Sebenarnya Fadli menerim tawaran tersebut awalnya hanya ingin meningkatkan stamina berlatih lantaran masih menyimpan ambisi untuk turun di arena balap motor meski pun dengan kelas yang berbeda.
Namun, setelah dilatih coach Puspita secara intensif, Fadli pun mulai dikit demi sedikit melupakan ambisinya yang tadi. Hingga akhirnya, ia pun memutuskan untuk terjun menjadi atlet para cycling.
“Awalnya cuma mau jaga staminta karena mau turun di balap motor lag, tapi ternyata kecemplung di para cycling sampai dengan saat ini saya sudah sangat jatuh cinta sekali,” ungkapnya.
“Jiwa kompetisi saya masih berapi-api, sekarang saya tidak bisa berkompetisi di motor tapi di sepeda. Jadi intinya sama saja, sama-sama punya stang, sama-sama punya roda, sama-sama bermain dengan waktu, ya sama-sama punya tantangan yang besar dan saya sangat suka itu,” kata Fadli.
Setelah memutuskan untuk menjadi atlet para cycling, Fadli yang baru sebulan berlatih dengan coach Puspita langsung dipercaya untuk turun di kejuaraan Para Cycling Asia di Bahrai.
Pada kejuaraan tersebut, Fadli hanya mampu finis diperingkat keempat. Namun, usaha demi usaha yang fadli lakukan akhinrnya berbuah manis. September 2017, Fadli kembali dipercaya membawa nama Indonesia, kali ini Fadli tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan berhasil meraih dua perak dan dua perunggu di ajang ASEAN Para Games 2017.
Dari titik itu lah, takdir Fadli menjadi seorang paralympian Indonesia, atlet sejati Indonesia mulai jelas terlihat. Dan beberapa saat lagi, kita akan menyaksikan perjuangan Fadli untuk mengharumkan Indonesia di ajang Asian Para Games 2018 yang akan terselengara di Jakarta pada 6-13 Oktober 2018.
“Pada saat perhelatan Asian Para Games langsung, orang-orang disabilitas kan gratis nontonya, saya harap mereka bisa antusias dan dari situ mereka punya bayangan seperti apa. Jadi tidak habis masa depan karena keterbatasan ini, tapi masa depan bisa kita yang bikin,” pungkasnya.