Kisah M Fadli, Menolak Menyerah Demi Indonesia
Jika takdir sudah ditentukan tak satu orang seorang pun bisa melawan. Pesan itu tampaknya sangat tepat disematkan kepada Muhammad Fadli Immanuddin.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Jika takdir sudah ditentukan tak satu orang seorang pun bisa melawan. Pesan itu tampaknya sangat tepat disematkan kepada Muhammad Fadli Immanuddin.
Fadli sapaan akrabnya adalah pebalap motor yang kerap mengarumkan nama Indonesia di kancah intenasional. Namun, pada Minggu (7/7/2015) sekitar pukul 14.00 WIB, sang pencipta telah mengubah garis kehidupannya.
Fadli mengalami kecelakaan di sirkuit sentul pada saat turun di kejuaraan Asia Road Racing Championship 2015 seri-2. Kejadian terlihat sangat tak teduga, Fadli yang tengah melakukan seleberasi setelah finis, tiba-tiba ditabrak dari belakang oleh pebalap Thailand, Jakkrit Sawangswa.
Akibat kejadian itu, Fadli harus merelakan kehilangan sebagian kaki kirinya lantaran proses rekonstruksi tidak bisa dilakukan.
Di sini lah awal mula kehidupan Fadli, kehidupan untuk menolak menyerah karena keadaan, meski ia akui pada awalnya sangat terasa berat.
“Ya, siapa sih yang kehilangan anggota tubuhnya biasa-biasa saja, tidak ada. Semua pasti terpuruk termasuk saya, tapi saya mikir lagi, ini saya mau sampai kapan, dan saya tidak mikir muluk-muluk setelah diamputasi, seperti saya harus jadi atlet, harus balap lagi, itu tidak terpikir, saya lakukan saja apa yang saya bisa,” cerita Fadli saat ditemui di Solo, Kamis (13/9/2018).
Karena tekadnya kuat, tak mudah menyerah, dan jiwa kompetisi yang juga masih menggebu-gebu, Fadli pun memutuskan untuk merelakan semua yang telah terjadi.
Satu bulan setengah pasca kehilangan sebagian kaki kirinya, Fadli yang masih menggunakan dua tongkat untuk membantunya berkaktivitas tiba-tiba muncul lah naluri itu. Naluri nekad dan berani setelah melihat sepeda di depan matanya.
Pada saat itu, Fadli memang sudah dibekali dengan kaki palsu, namun unutk penggunaan kaki palsu tidak lah mudah, butuh adaptasi yang cukup lama, sedangkan Fadli tidak.
“Saat awal punya kaki palsu, itu saya masih pakai tongkat dua, jadi orang yang habis amputasi itu, pertama kali pakai kaki palsu itu harus penyesuaian dulu, berbulan-berbulan, kalau sudah lancar tongkat dua pakai tongkat satu. Kalau lancar lagi baru lepas tongkat, itu pun jalannya masih pincang,” kata Fadli.
“Nah, ketika saya masih pakai tongkat dua, karena dasarnya saya tidak bisa diam, saya lihat sepeda di rumah, saya coba keliling komplek. Awalnya sulit tapi makin lama makin keluar, makin jauh dan makin jauh,” sambungya,
Jatuh Cinta dengan Sepeda
Jika takdir sudah ditentukan tak seorang pun bisa melawan. Ya, kalau tadi tentang takdir Fadli yang harus kehilangan sebagian kaki kirinya, kali ini berkat kegigihannya, seorang Fadli bisa kembali ke jalur semula – menjadi seorang atlet andalan Indoneisa meski pun dengan cara yang berbeda.