Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Peserta Offroad Super Ekstrim IOX 2019 Andalas Mayoritas Rontok

20 – 30 an peserta saja yang saat ini berhasil mengikuti trek demi trek sesuai jadwal. Hal ini disampaikan Syamsir Alam, Team Leader IOX

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Peserta Offroad Super Ekstrim IOX 2019 Andalas Mayoritas Rontok
dok IOX Andalas 2019
Peserta Offroad Super Ekstrim IOX 2019 Andalas Mayoritas Rontok 

TRIBUNNEWS.COM, BUKIT TINGGI - Dari 81 peserta off-road IOX Andalas 2019 yang start di Medan pada tanggal 9 Februari dengan tujuan ke Bukit Tinggi, dan akan berlangsung selama 16 hari, dilaporkan hanya 20 – 30 an peserta saja yang saat ini berhasil mengikuti trek demi trek sesuai jadwal. Hal ini disampaikan Syamsir Alam, Team Leader IOX yang membuat route dan memimpin perjalanan ini.  

"Mayoritas peserta gagal memasuki trek sesuai jadwal dan masih berjibaku untuk keluar dari trek trek sebelumnya. Semakin hari semakin sedikit jumlah peserta yang bisa mengikuti seluruh trek sesuai jadwal," ungkap Syamsir Alam.

Ladang 'pembantaian' pertama para offroader super ekstrim ini diakui Syamsir Alam adalah trek di Siosar (Puncak 2000) di Brastagi. Seluruh peserta sejak hari pertama start di Medan hingga hari ke-4 langsung disajikan menu super berat menghadapi medan off-road yang dikatakan banyak peserta senior IOX 2019 sebagai trek terberat selama IOX dilaksanakan.

"Trek Siosar bagaikan trek supermarket off-road super bejad. Tanjakan curam, turunan curam, bogger (rawa lumpur) yang dalam, bebatuan, akar pohon besar yang menyulitkan semua tersedia dan harus dilalap oleh para off-roader," jelasnya.

Usai dari Siosar seluruh peserta istirahat di Silalahi, dipantai Danau Toba, menikmati keindahan alam dan budaya  Danau Toba sekaligus kesempatan perbaikan kendaraan. Namun akibat kerusakan yang agak sulit diperbaiki, tercatat 2 kendaraan peserta menyerah tidak bisa lanjut dan diangkut dengan trailer langsung menuju garis finish di Bukit Tinggi menunggu peserta lainnya.

Dari Silalahi, di hari ke-5 seluruh peserta bergerak ke Parmonangan untuk off-road. Namun tercatat hanya 22 kendaraan 4x4 yang masuk trek. Sisanya masih tercecer di trek Siosar dan sebagian lagi rusak yang harus masuk bengkel untuk perbaikan.

Trek ke Parmonangan ini memiliki tingkat resiko kecelakaan yang tinggi karena melalui banyak jurang yang banyak. Sebagian peserta merasakan ngeri-ngeri sedap melalui trek jurang tersebut. “Untung tidak hujan. Kalau saja hujan bisa lain lagi ceritanya” kata salah satu peserta.

Berita Rekomendasi

Bagi peserta yang tercecer dibelakang oleh Syamsir Alam dilarang memasuki trek tersebut untuk mengurangi resiko celaka. Sekitar 56 kendaraan melambung mengambil jalan on-road ke Sibolga via Tarutung. Sebagian peserta termasuk para peliput media akhirnya menginap dan berkesempatan menikmati wisata di Tarutung yang sejuk, khususnya kuliner Kopi Karo yang sangat istimewa namun belum sepopuler seperti Kopi Gayo atau Sidikalang. .

Sebagian peserta yang keluar dari trek Parmonangan kembali mengalami kerusakan berat bahkan ada yang harus membeli spareparts dari Medan yang berjarak 11 jam perjalanan darat. Disisi lain, sebagian peserta yang tercecer di trek sebelumnya sudah bisa bergabung menuju Sibolga.

Tercatat sekitar 56 kendaraan start dari Sibolga jalan on-road (aspal) menuju pantai Tabuyung menyusuri jalan pasir di pantai sepanjang 10 Km. Seluruh peserta sangat menikmati trek pantai pasir yang sepi ini dengan memacu kecepatan tinggi. 

Dari Tabuyung, peserta menuju Simpang Gambir melalui jalan on-road dan off-road melalui perkebunan sawit dan lading. Tercatat hanya 29 kendaraan yang memasuki trek ini. Sisanya tercecer dibelakang dan sebagian lagi diperbaikan karena rusak.

Begitu pula di trek Simpang Gambir ke Sapotinjak di hari berikutnya, hanya 31 peserta yang memasuki trek. Kondisi trek sendiri banyak melalui sungai dan batu dimana kalau saja hujan peserta tidak bisa keluar dengan mudah.

Di trek ini peserta mampir ke sungai yang memiliki keajaiban di dunia dimana di area tertentu di sungai tersebut berkeliaran ribuan ikan yang tidak keluar dari areanya. Seperti ada tembok tidak terlihat yang menghalangi ikan keluar dari area tersebut. Penduduk tidak ada yang menangkap ikan yang jinak kepada manusia tersebut. Kalaupun boleh ditangkap harus dibeli dengan harga mahal dan uangnya harus digunakan untuk kepentingan social.

Di hari ke-11, dengan diiringi hujan deras, sekitar 40 kendaraan peserta kembali memasuki jalur off-road berat Sapotinjak ke Aek Mais karena melalui tanjakan tanpa winching point dengan jurang yang dalam sepanjang trek.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas