Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

HUT ke-50 PB Djarum Diwarnai Peluncuran Buku

Dalam peluncuran ini juga digelar sesi bedah buku yang dipandu oleh pegiat literasi, Maman Suherman yang akrab disapa kang Maman.

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in HUT ke-50 PB Djarum Diwarnai Peluncuran Buku
tribunnews.com/oro
Daryadi (kiri) saat bedah buku dalam rangka HUT-50 PB Djarum dipandu oleh Yuni Kartika (kanan) 

TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Sejumlah kegiatan digelar untuk memperingati usia emas klub PB Djarum, salah satunya adalah peluncuran empat buku yang mendokumentasikan tentang berbagai cerita dan perjalanan prestasi atlet bulutangkis PB Djarum yang mewarnai dunia bulutangkis Indonesia.

Empat buku tersebut antara lain 'Butet Legenda Sejati' karya mantan Menteri Hukum dan HAM yang kini menjabat Dewan Penasehat PBSI, Hamid Awaludin.

'Kiprah Ahasan-Hendara' dan 'Jejak Langkah Owi-Gutet' karya jurnalis senior, Daryadi, serta 'Setengah Abad PB Djarum. Kemudian ada buku 'Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia' karya tim penulis Historia.id.

Empat Buku PB Djarum
Keempat buku yang diluncurkan bertepatan dengan HUT ke-50 PB Djarum

Dalam peluncuran ini juga digelar sesi bedah buku yang dipandu oleh pegiat literasi, Maman Suherman yang akrab disapa kang Maman.

Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin mengatakan peluncuran keempat buku itu tidak lain merupakan bagian dari upaya mendokumentasikan sejarah Bulutangkis Indonesia.

"Di dalamnya ada berbagai catatan sejarah perjalanan dan kerja keras untuk wewujudkan prestasi bagi Indonesia melalui Bulutangkis. Kami berharap dalam rankaian HUT ke 50 PB Djarum, keempat buku ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi para atlet, pelatih dan masyarakat," ungkap Yoppy Rosimin.

Dalam buku berjudul 'Setengah Abad PB Djarum Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia', tim penulis historia.id menelusuri dan mengurai cerita seputar awal terntuknya PB Djarum.

Berita Rekomendasi

Kelahiran klub ini bermula dari brak (area kerja) Bitingan Lama di dalam gedung yang pada siang harinya merupakan pabrik karyawan  pelinting rokok PT Djarum berkerja. Lahirnya PB Djarum tak lepas dari kegemaran Robert Budi Hartono bermain Bulutangkis bersama para karyawannya.

"Mulanya karyawan Djarum main bulutangkis untuk kebugaran, tak ada pelatihan atau program khusus," kata Robert Budi Hartono dalam satu tutur di dalam buku tersebut.

Kegiatan olahraga bulutangkis sore=sore ini ternyata diminati para karyawan dan masyarakat sekitar. Pada tahun 1969, Robert Budi Hartono, Goei Poo Thay, Bambang Hartono, Margono dan Thomas Budi Santoso sepakat mendirikan klub Bulutangkis yang dinamai PB Djarum dan mulai membina pemain dari luar.

Buku kedua, yang ditulis Hamid Awaludin berkisah tentang perjuangan Liliyana Natsir menjadi pebulutangkis tingkat dunia dengan sederet prestasinya.

Dalam bukunya, mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia tersebut menceritakan secara detil perjalanan karir Butet, begitu Liliyana Natsir disapa, dari kota kelahirannya di Manado, Sulawesi Utara hingga kemudian semakin bersinar.

"Jejak remajanya memang mungkin tidak mengandung romantisme elok untuk dirinya, tetapi ia memberi romantisme heroik bagi bangsanya, Indonesia," kata HAmid dalam bukunya.

Dipasangkan sebagai Ganda Campuran bersama Tontowi Ahmad, Butet berhasil mengharumkan dunia Bulutangkis Indonesia melalui berbagai turnamen bergengsi dunia, yakni juara All England 2012, 2013 dan 2014 serta juara Olimpiade 2016 di kota Rio de Janeiro, Brasil.

"Saya sungguh menyukai pasangan ganda campuran senior Indonesia ini dalam berbagai hal, kerja kerasnya dalam meraih prestasi dan terutama karena keduanya menampilkan wajah sejati Indonesia di mata dunia. Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir adalah padu-padaan Indonesia dalam arti sebenar-benarnya," tulis Hamid.

Kiprah Butet ini juga menjadi bagian dalam buku berjudul ;Jejak Langkah Owi-Butet' karya Daryadi, jurnalis senior yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Bulutangkis.

Dalam buku yang sama, kisah Tontowi Ahmad juga dikupas sejak masa kecilnya di desa Selandaka, Kecamatan Sumpuh, Banyumas hingga kemudian berpasangan dengan Butet dan meraih berbagai prestasi.

Terakhir, buku bertajuk 'Kiprah Henda-Ahsan' yang juga ditulis oleh Daryadi, mencoba mengangkat kerja keras duet berjuluk 'The Daddies' dalam meniti tangga juara.

"Keduanya adalah contoh sukses dari perjuangan keras atlet yang ingin mewujdukan impiannya menjadi pebulutangkis hebat yang menjadi kebanggaan tidak hanya untuk dirinya, keluarga dan Indonesia. Cucuran keringat dan tetesan air mata adalah saksi bisu yang mengiringi perjalanan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan menjadi atlet Bulutangkis yang sukses," tulis Daryadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas