Raih Juara Dunia Badminton Junior, Pelatih Indonesia Jadi Rebutan Negara Lain
Indonesia berhasil meraih Piala Suhandinata untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah usai di laga final mengalahkan China dengan skor 3-1.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tim Badminton junior Indonesia tampil luar biasa di ajang Kejuaraan Dunia Junior 2019 di Kazan, Rusia.
Indonesia berhasil meraih Piala Suhandinata untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah usai di laga final mengalahkan China dengan skor 3-1.
Tak hanya itu, di nomor perorangan Garuda Muda juga meraih prestasi gemilang; satu medali emas di nomor ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan dua medali perak ditorehkan oleh Febriana/Amalia (ganda putri), Leo/Indah (ganda campuran).
Baca: Timnas Indonesia Jadi Juru Kunci dan Lumbung Gol, #SimonOut Menggema di Media Sosial
Baca: Persib Bandung Bakal Hadapi Pemegang Enam Kali Juara Bundesliga
Baca: Wasit Bergaji Selangit Bakal Pimpin Laga Big Match Man United Vs Liverpool
Pencapaian tim badminton junior Indonesia tampaknya membuat negar-negara lain terpincut dengan pembinaan pebulutangkis di Indonesia.
Susy Susanti manajer tim badminton junior yang juga menjabat sebagai Kabid Binpres PBSI, membeberkan hal tersebut setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Selasa (15/10/2019) malam.
“Ini saya lihat sangat berarti sekali. Satu, kita ciptakan sejarah lagi. Image negara bulutangkis itu selalu ke indonesia. Saat di Kazan banyak negara yang minta latihan di Indonesia, minta pelatih dari Indonesia. Mereka percaya sekali bahwa bulutangkis memang harusnya dari Indonesia,” kata Susy Susanti.
“Nah, piala ini memberikan satu pengakuan, kebanggaan sebagai orang Indonesia, kalau kita tak dapat piala ini sepertinya kurang. Ini pembuktian kita sebagai negara bulutangkis,” sambungnya.
Lebih lanjut, Susy berharap pencapaian ini bisa memotivasi pemain-pemain senior untuk bisa membawa pulang Piala Thomas dan Uber Cup yang terakhir diraih pada 2002 dan 1996.
“Kedua, di kejuaraan tim event ini kita sudah lama sekali kan tidak pernah juara. Mungkin ini membuka semangat baru tak hanya untuk adik-adik junior, tapi ke depan kita ada Thomas Cup dan Uber Cup, semoga bisa memberi motivasi para senior untuk belajar semangat pantang menyerah dari adik-adiknya, supaya mereka semangat dan mau mengembalikan piala-piala itu ke indonesia,” harap Susy Susanti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.