Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Wilbertus Sihotang: Wajar Jika Daerah Minta Kuota Pegulat di PON 2020 Ditambah

Kejuaraan Nasional sekaligus babak prakualifikasi gulat PON XX/2020 sukses diselenggarakan 2-5 November 2019 di GOR Otista Jakarta Timur.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Wilbertus Sihotang: Wajar Jika Daerah Minta Kuota Pegulat di PON 2020 Ditambah
dok Humas PGSI DKI Jakarta
Dari kirim Sekjen Pengprov PGSI DKI, Drs Wilbertus Sihotang, mantan pegulat nasional, H Tubagus Adhi, Sekretaris Panitia kejuaraan gulat PRA PON XX 2019, Steven Setiabudi Musa, Ketua Pelaksana, dan Mike Wangge, Wakil Sekretaris Panitia 

Dari babak prakualifikasi di Malang, Jatim, tujuh peringkat teratas lolos ke 'putaran-final' di Bandung. Sementara dari babak prakualifikasi PON XX yang baru saja diselesaikan, dari 18 kelas yang dipertandingkan, hanya empat besar di setiap kelasnya yang lolos ke Papua.

"Jadi wajarlah jika daerah-daerah menghendaki agar kuota gulat di PON 2020 itu ditambah jumlahnya. Mereka membandingkannya dengan kontestan di pentas gulat PON 2016 di Bandung," ujar Wilbertus Sihotang, Sekum Pengprov PGSI DKI Jakarta yang menjadi TD saat prakualifikasi gulat PON XIX tahun 2015 di Malang dan PON 2016 di Bandung, Jabar.

Yahya Madjid menyebutkan, bisa memahami keinginan daerah-daerah agar kuota pegulat PON XX/2020 ditingkatkan jumlahnya.

"Jumlah 90 pegulat itu sementara memang sudah dikunci oleh Papua, mengingat keterbatasan tempat dan akomodasi. Tetapi, mudah-mudahan masih bisa berubah. Masih ada waktu beberapa bulan lagi. Saya masih mencoba membahas tambahan jumlah kuota tersebut dengan Panitia Besar (PB) PON XX/2020, Disorda Papua, dan juga KONI Pusat," ucap Yahya Madjid, Rabu (6/11) pagi.

Menurut Wilbertus Sihotang, usulan peningkatan jumlah kuota pegulat di PON XX/2020 ini mestinya dapat disikapi dengan bijaksana oleh pihak-pihak terkait, termasuk KONI Pusat yang memiliki kewenangan menentukan.

Bahkan, kata Sihotang, KONI Pusat sebenarnya menyetujui kuota pegulat di setiap kelas yang lolos dari babak prakualifikasi PON XX/2020 adalah lima besar. Bukannya empat kelas.

"Ada Surat Keputusan (SK) dari KONI Pusat yang menyebutkan batasan hingga peringkat lima di setiap kelas yang lolos dari babak prakualifikasi. Saya sendiri jadi bingung kalau sekarang disebutkan hanya empat besar di setiap kelas yang lolos," kata Sihotang.

Berita Rekomendasi

JAKARTA--Ajang babak prakualifikasi gulat PON XX/2020 yang digelar oleh Pengprov PGSI DKI Jakarta 2-4 November 2019 di GOR Jakarta Timur, Otista, sekaligus menjadi arena reuni untuk sebagian besar dari 18 pegulat yang menjadi andalan Indonesia di pentas gulat Asian Games XVIII/2018, Jakarta.

Kecuali Eko Roni Saputra dan Ridha Wahdaniyati, 16 pegulat yang eks tim Asian Games 2018 tersebut berpartisipasi di Pra PON 2019 atas nama daerahnya masing-masing. Roni Saputra, pegulat andalan kelas 57kg gaya bebas dari Kaltim, tak ikut Pra PON karena sudah beberapa bulan ini bergabung dengan sebuah klub di Singapura. Sementara, Ridha, pegulat kelas 76kg dari Kalsel, kini sudah beralih ke olahraga Sambo dan menjadi andalan PB Persambi di pentas-pentas regional.

Ke-16 pegulat mantan Asian Games 2018 lainnya adalah Ardiansyah (65 kg/Kaltim), Rizky Dermawan (74 kg/DKI Jakarta), Fakhriansyah (86 kg/Kalsel), Ronald Lumban Toruan (97 kg/Sumsel), dan Dimas Seto (125 kg/Jatim). Keenamnya dari gaya grego. Sementara enam pegulat di gaya bebas putra adalah Hasan Sidik (59 kg/Jatim), M.Aliansyah (66 kg/Kaltim), Andika Sulaeman (75 kg/DKI Jakarta), Lulut Gilang Saputra (85 kg/Jatim), Ashar Ramadhani (98 kg/Kaltim), dan Papang Ramadhani (130 kg/Kaltim). Lima pegulat gaya bebas putri, Eka Setiawati (48 kg/Jabar), Dewi Ulfa (53 kg/Kaltim), Mutiara Ayu Ningtyas (58 kg/Jatim), Dewi Atiya (63 kg/Jabar), dan Desi Sinta (69 kg/Banten).

Para pegulat eks Asian Games yang sebelumnya berlatih hampir selama tiga bulan di Bulgaria seluruhnya lolos dari babak prakualifikasi. Sebagian dari mereka bahkan sempat bertarung head to head di babak prakualifikasi ini, misalnya Eka Setiawati dengan Dewi Ulfah di final kelas 53kg. Kelas ini sebenarnya menjadi spesialisasi dari Dewi Ulfah, sementara Eka sebelumnya 'bermain' di kelas 48kg. Namun, Eka ternyata bisa tampil lebih 'ganas' di kelas 53kg ini, dan mengungguli Dewi Ulfah.

Para pegulat eks Asian Games lainnya yang tak terkalahkan sehingga menempati peringkat pertama di kelasnya, antara lain Andika Sulaeman, Aliansyah, Papang Ramadhani, Fakhriansyah, serta Lulut Gilang Saputra -yang tak tampil di Asian Games karena kelebihan berat badan- dan Desi Sinta.

Seandainya PP PGSI mengomentisikan pegulatnya ke kontes SEA Games 2019 di Filipina, sangat mungkin jika sebagian besar di antara mereka masih akan menjadi tumpuan harapan. Asa membawa pulang dua atau tiga medali emas bisa saja ditumpukan. Apalagi, gulat Indonesia bagaimanapun masih menjadi salah satu kekuatan terbaik di kawasan ASEAN, walau Vietnam kini cenderung menjadi kekuatan yang menakutkan.

"Kalau memang masih dimungkinkan, Pengprov PGSI Jatim siap mengirimkan pegulatnya ke SEA Games Filipina," ujar Rakhman, mantan pegulat nasional yang menjadi ketua Pengprov PGSI Jatim.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas