Menilik Perlakuan Yamaha ke Valentino Rossi: Dari Pengkhianatan Hingga Bantuan di Usia Tua
Menurut Jarvis, setelah mendepak Rossi dari tim utama, Yamaha tetap punya ketergantungan pada Rossi. Namun, dalam fungsi yang berbeda.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Rossi sempat nyaris jadi juara dunia pada tahun 2015.
Ketika itu, ia menjalani musim yang sengit dengan rekan satu timnya, Jorge Lorenzo.
Lorenzo akhirnya keluar sebagai juara dunia dalam musim balap yang diwarnai insiden senggolan antara Rossi dan Marc Marquez di Sepang.
Baca: Marc Marquez Memang Jago Tapi Bisa Dikalahkan, Jorge Lorenzo Ungkap Titik Lemahnya
Baca: Ada Pesan Khusus di Balik Desain Tak Biasa Helm Alex dan Marc Marquez
Seiring bertambahnya usia, Rossi tak bisa lagi mengulangi penampilan impresifnya pasca-tahun 2015.
Dari kurun waktu 2016-2018, Marquez dan Honda benar-benar mendominasi. Memasuki musim 2019, Rossi menginjak usia 40 tahun.
Dari segi usia, Rossi dianggap tak mungkin diandalkan Yamaha untuk bersaing dengan Marc Marquez yang masih berusia 26 tahun.
Di sisi lain, di tim satelit Petronas Yamaha ada pebalap muda yang mampu menunjukkan penampilan impresif.
Dia adalah Fabio Quartararo.
Pada pertengahan 2019, Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, sempat melontarkan kegamangan pihaknya.
Menurut Jarvis, Yamaha harus bergerak cepat menggaet Quartararo ke tim utama.
Jika Yamaha tidak bergerak cepat, Quartararo bisa saja digaet tim lain.
"Dengan talenta muda yang menjanjikan, enam tim pabrikan mencoba menggaet para talenta muda untuk gelaran MotoGP 2020," ungkap jarvis seperti dikutip dari Speedweek.
Menurut Jarvis, tuntutan untuk memiliki pebalap muda jelas lebih menjadi kebutuhan utama tim.
Pada tahap inilah, Jarvis mulai secara terang-terangan menyatakan Rossi tak lagi masuk rencana masa depan Yamaha.