Mengajar Lebih dari Sekadar Olahraga: Courtside Connection Memberikan Harapan
Ishaan Keswani, petenis muda yang menggagas “Courtside Connection”: pelatihan tenis bagi anak-anak yatim piatu.
Editor: Content Writer
Lahirlah inisiatif bertajuk “Courtside Connection”, sebuah rencana untuk mengajar 10-15 anak setiap minggu untuk memperkenalkan keindahan bermain tenis, mengasah kemampuan mereka, dan menanamkan sikap-sikap disiplin yang harus dimiliki seorang atlet.
Akan tetapi, menggubah rencana besar jadi nyata butuh dedikasi tingkat dewa.
Banyak hal yang harus Ishaan kelola dengan sungguh-sungguh. Ia menghabiskan banyak waktu mematangkan rencananya menjadi pelatih untuk tingkat pemula, terlepas dari pengalamannya yang sudah mencicipi kompetisi tingkat tinggi. Di balik perjuangannya, ada dukungan dari sang pelatih tenis kaliber Indonesia, Alex Santoso (ATS).
Kemudian, ia mempersiapkan peralatan yang diperlukan mulai dari sepatu, kaus, tennis cone, raket, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhannya, Ishaan menginisiasi penggalangan dana publik, salah satunya dengan mengorganisir turnamen tenis ganda.
Selain sukses memikat sponsor dari perusahaan-perusahaan besar, ia juga merekrut 40 orang yang sukarela membantu perjuangannya. Ia bahkan berhasil meyakinkan sederet pemain tenis unggulan untuk mendukung turnamen tenis ganda hasil inisiasinya.
Usaha gigihnya menuai hasil terbaik pada hari pertama latihan di Courtside Connection. Ishaan takkan melupakan hari itu. Meski gugup, ia cukup piawai berperan sebagai pelatih tenis, pengalaman pertamanya seumur hidup.
Setelah beberapa saat melatih, ia dengan puas mengatakan, anak-anak yang dilatihnya tertawa girang menikmati sesi latihan.
“Definisi terbaik saya tentang keberhasilan Courtside Connections adalah semakin banyaknya senyuman yang saya lihat. Saya tidak pernah mengukur program saya dalam skor atau permainan, tetapi dalam kegembiraan dan kepercayaan diri mereka yang semakin meningkat,” ujar Ishaan, semringah.
Kesuksesan pribadinya adalah melihat anak-anak panti asuhan itu kian mengembangkan hasratnya dalam bertenis, terlebih jika hasrat itu tak lekang oleh waktu.
“Saya akan merasa lebih sukses jika mereka (anak-anak panti asuhan) mampu mengendalikan sikap mereka dan selalu mendorong diri untuk menjadi pribadi terbaik,” lanjut Ishaan.
Menemukan Risky, bakat baru yang penuh inspirasi
Salah satu anak yang memukau atensinya adalah Risky Aprillia, anak yang bermain dengan semangat yang belum pernah ia lihat sebelumnya dari seorang pemula.
“Saya melihat semangatnya. Antusiasmenya terhadap tenis menghubungkan kami, karena saya menemukan di dalam dirinya seseorang yang ingin memainkan olahraga ini untuk waktu yang sangat lama. Saya jadi sangat bersemangat untuk latihan berikutnya,” ungkap Ishaan.
Risky juga sempat berkisah secuil latar belakang hidupnya yang pilu: kedua orang tuanya meninggalkan ia di panti asuhan karena tak mampu merawatnya. Namun, hal itu tak menyamarkan semangat juangnya dalam berlatih!