Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Mengajar Lebih dari Sekadar Olahraga: Courtside Connection Memberikan Harapan

Ishaan Keswani, petenis muda yang menggagas “Courtside Connection”: pelatihan tenis bagi anak-anak yatim piatu.

Editor: Content Writer
zoom-in Mengajar Lebih dari Sekadar Olahraga: Courtside Connection Memberikan Harapan
ISTIMEWA
Ishaan Keswani (kiri) bersama Risky Aprillia yang dilatihnya di “Courtside Connection”. 

TRIBUNNEWS.COM - Tampaknya, belum banyak masyarakat Indonesia yang mendengar akrab nama atlet tenis muda satu ini. Padahal, kontribusinya demi kemajuan olahraga tenis di tanah air cukup mengharukan dan layak dapat pengakuan.

Dialah Ishaan Keswani, seorang remaja berdarah India yang telah menggemari olahraga tenis sejak usia dini. Ia saat ini mengenyam pendidikan di Jakarta Intercultural School (JIS), Terogong, Jakarta Selatan.

Sejak usia lima tahun, kedua orang tuanya telah memperkenalkan dia kepada tenis dengan impian bahwa kelak ia akan jadi the next Roger Federer.

Kepada Tribunnews melalui video conference Zoom, Ishaan bercerita mengenai kecintaannya kepada tenis dan gagasan mulianya untuk mengajarkan olahraga ini kepada anak-anak lainnya.

Jatuh cinta pada tenis sejak kecil

Menjemput impian megah menjadi petenis andal adalah jalan penuh rintangan. Ishaan harus berlatih lebih keras, dan bukan hal mudah untuk menggugah minatnya kala itu, ketika bermain iPad mungkin lebih memikat untuk anak seusianya.

“Meski baru berusia lima tahun ketika mulai bermain tenis, saya seketika merasa bersemangat untuk bersaing dan itu didorong oleh keinginan saya untuk jadi sebaik pelatih saya, atau bahkan lebih baik. Saya tak suka menerima kekalahan. Itu bukan hal mudah. Jadi, untuk menghilangkan segala perasaan menakutkan itu, saya terus berlatih dan tak pernah membiarkan diri saya merasa ‘bagus’ atau ‘cukup baik’, karena sikap itu bisa membuat saya kalah,” ungkap Ishaan.

Berita Rekomendasi

Sejak usia lima tahun itulah latihan demi latihan ditempuh. Banyak pantangan dan aturan yang wajib dilakoni, salah satunya latihan berlari sebanyak mungkin--sesuatu yang tak begitu ia gemari.

Ada satu momen yang menggebrak hidupnya dalam sekejap. Suatu hari, pelatihnya menyuruh ia untuk memukul 100 bola tenis dari mesin pelontar. Panik dan kalut, itulah yang ia rasakan. Bagaimana jika ia akan dilukai bola itu bertubi-tubi? Akan tetapi, ia berhasil menepis rasa takutnya, mengayunkan raketnya sambil memejamkan mata. Ia selamat!

Melampaui rasa takutnya kala itu membuat ia sadar: tenis memanglah bagian dari hidupnya.

Ishaan Keswani bersama anak-anak yang dilatihnya

Perlahan, tenis menjadi obsesi nomor wahid baginya. Dengan yakin ia berkata, “Tenis lebih dari sekadar permainan. Tenis memberi saya hal-hal yang tak dapat ternilai atau terukur, seperti pemahaman tentang mengatasi tekanan, cara menjadi kuat secara mental, cara bertahan dan menumbuhkan percaya diri, dan cara menetapkan tujuan untuk diri sendiri.”

Tenis bagi hidup seorang Ishaan Keswani adalah semacam pelarian untuk melepaskan semua masalah, kejengkelan, dan hal-hal yang membuatnya stres.

Dan tibalah ia pada momen di mana ia memetik kerja kerasnya. Ia telah menggeluti berbagai liga-liga swasta yang kompetitif sejak sebelum masuk sekolah menengah, di mana ia menjadi bagian dari regu utama sekolah menengah di tahun keduanya. Pada tahun itulah ia meraih predikat petenis terbaik.

Tak hanya itu, Ishaan juga telah berpartisipasi dalam berbagai turnamen besar, di antaranya di BSJ, Sportama, dan turnamen Varsity-IASAS.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas