Persembahkan Medali Pertama di Olimpiade Tokyo, Windy Sempat Nervous karena Beda Tipis dengan Rival
Windy sempat gagal dalam upaya pertama snatch di berat 84 kilogram. Namun kegagalan itu ditebusnya pada angkatan kedua.
Penulis: Dodi Esvandi
Editor: Dewi Agustina
Meski terlahir dari seorang ibu yang juga merupakan lifter berprestasi, namun butuh upaya kerja keras ekstra dan semangat juang pantang menyerah yang telah dilakukan Windy selama ini.
"Cantika itu menjadi atlet dan masuk ke PPLP Jawa Barat itu sekitar tahun 2015 kelas 7 atau 1 SMP, saat itu usianya baru sebelas. Sebelum masuk PPLP Jabar, karena melihat bakat dan potensinya, dia itu sejak kecil memang sudah dilatih teknik dasar oleh ibunya yang juga seorang lifter asal Kabupaten Bandung, mulai dari sebatang kayu, baru di PPLP Jabar kami drill dengan peralatan sebenarnya, dan terus meningkat beban angkatannya seiring bertambahnya usia dia," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (23/7/2021).
Di mata Dewi, Windy adalah atlet remaja yang memiliki karakter berbeda dengan atlet lain seusianya.
Selain sikap disiplin, Windy pun selalu merasa kurang dengan kemampuan yang dimilikinya.
Sehingga pada waktu-waktu tertentu, ia kerap menambah porsi latihan dari program yang telah diberikan pelatih kepadanya.
"Ini anak (Windy) selain punya karakter disiplin dan motivasi yang kuat, tapi juga anaknya enggak banyak alasan, enggak pernah melawan perintah pelatih, itu yang saya suka dari dia. Selama di PPLP Jabar kami memperlakukan Cantika dan semua atlet itu sama, termasuk pemberian porsi latihan bagi satu lifter dan lifter lainnya pun itu sama sesuai dengan usianya, yang secara bertahap naik kelas tiap tahunnya, mulai dari kelas 35-44 kg," ucapnya.
Menurut Dewi, di saat usianya menginjak kelas 10 atau 1 SMA, Windy terus dididik untuk dapat menjadi lifter spesialis kelas 44 kg lalu naik ke kelas 49 kg.
Perjalanan Windy sebagai atlet nasional pun tidak semudah yang dibayangkan.
Bahkan kata Dewi, saat di Pelatnas, karena usianya yang masih sangat muda dan tanpa ada pelatih yang biasanya membimbingnya, membuat Windy kesulitan beradaptasi.
Ia sempat down selama hampir setengah tahun dan kembali pulang dari Pelatnas di Jakarta ke Bandung.
Namun, berkat dorongan motivasi dari orang-orang sekelilingnya selama itu, ia pun mampu bangkit dan melanjutkan takdirnya sebagai lifter nasional.
Windy kemudian mulai diperhitungkan setelah meraih satu medali emas pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) Semarang 2017.
Tahun berikutnya ia makin berkibar dengan meraih meraih medali emas Kejurnas PPLP 2018, kemudian meraih tiga emas dalam Kejurnas Senior/Yunior Angkat Besi 2018.
Hal ini mengantarkan Windy tampil di IWF World Championship 2019 di Pattaya, Thailand.