Raket Kayu Buatan Sang Ayah Antar Apriyani Rahayu Raih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020
Pasangan ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Greysia Polii sukses membawa pulang medali emas dari Olimpiade Tokyo 2020.
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Greysia Polii sukses membawa pulang medali emas dari Olimpiade Tokyo 2020.
Kesuksesan keduanya mengharumkan nama Indonesia di ajang olahraga empat tahunan terkenal dan terkemuka di dunia tersebut.
Jauh sebelum menjadi pebulutangkis kelas dunia, Apriyani ternyata pernah menggunakan raket kayu untuk bermain badminton.
Raket kayu tersebut dibuatkan ayah Apriyani, Amirrudin.
Amiruddin membuatkan raket kayu karena saat itu tidak memiliki cukup uang untuk memfasilitasi hobi Apriyani bermain bulutangkis.
"Jadi dulu namanya masih kecil dan belum ada fasilitas apapun. Sebenarnya iseng-iseng saja papa saya bikin raket itu, karena kan hobi dulu main (bulutangkis), main-main saja sama tetangga," ucap Apriyani saat konferensi pers bersama PBSI, Jumat (6/8/2021).
Raket kayu buatan sang ayah, kata Apriyani, bentuknya sangat sederhana.
"Jadi memang papa buat raket pakai kayu itu, bentuknya itu benar-benar persegi panjang lengkap dengan pegangan (gagang) saja. Itu saja sudah," tutur Apriyani.
Baca juga: Greysia Polii Bonusnya Untuk Investasi, Apriyani Rahayu Bonusnya Bakal Ditabung
Apriyani menceritakan, olahraga bulutangkis yang ditekuninya sejak kanak-kanak benar-benar mendapat perhatian besar dari sang ayah.
Dari yang semula hanya memberikan sebuah raket kayu, Ayah Apriyani akhirnya membelikan sebuah raket untuk sang putri tercinta.
"Semakin ke sini semakin papa lihat, ternyata anak ini senang olahraga bulutangkis. Dan jadinya malah memberikan support besar," kata Apriyani.
Bentuk dukungan besar sang ayah juga dibuktikan dengan selalu mengantar Apriyani mengikuti berbagai turnamen.
Baca juga: Apriyani Rahayu Selalu Menambah Jam Latihan Saat Masih Remaja kata Yuslan Kisra
"Itu sampai ke pertandingan-pertandingan ke O2SN, antar sekolah. Terus pada saat itu juga, pertamakali turnamen itu kan ke Makassar," kenang gadis kelahiran 29 April 1998 di Lawulo, Konawe, Sulawesi Tenggara tersebut.
Bagi Apriyani, raket kayu buatan sang ayah benar-benar menjadi berkat besar baginya.
Siapa sangka, ide sang ayah membuat raket kayu sukses mengantar Apriyani menjadi juara olimpiade.
"Papa bisa dapat ide seperti itu (bikin raket kayu) sudah luar biasa. Saya juga tidak mengerti. Berbekal dari raket kayu itulah saya bisa seperti ini. Alhamdulillah," ucap Apriyani.
Simak wawancara eksklusif di bawah ini: