Sosok Almarhum Tumin, Ayahanda Mohammad Ahsan, Dedikasi yang Tak Kenal Lelah untuk Bulutangkis
Sosok almarhum Tumin, ayahanda Mohammad Ahsan, ganda putra Indonesia pasangan Hendra Setiawan. Dedikasi dan Loyalitas terhadap bulutangkis tak padam.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kabar duka datang dari dunia bulutangkis Indonesia, ayahanda ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan, Tumin meninggal dunia pada Senin (9/8/2021).
Berita tersebut tersiar dalam akun Instagram PBSI Sumsel hari ini pada pagi hari.
"Innalillahi wainailaihi rojiun...
"Telah berpulang ke rahmatullah Bapak Tumin, ayahanda dari M Aksan, pebulu tangkis dunia asal Sumsel.
"Selama hidupnya almarhum aktif di bulutangkis, sehingga berhasil menghantarkan anaknya Ahsan berprestasi seperti sekarang ini," tulis PBSI Sumsel.
Baca juga: Berita Duka, Ayah Pebulutangkis Mohammad Ahsan Meninggal
Dari informasi sementara, almarhum sempat dirawat di RS Bhayangkara Palembang.
Kemudian, rencananya almarhum akan dibawa ke rumah duka di Komplek Kencana Damai, Q.22 RT.58 Rw/04 Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sako, palembang, menurut laporan Sripoku.
Saat ini, sang anak Mohammad Ahsan kabarnya tengah dalam perjalanan menuju Palembang.
"Informasinya Ahsan dalam perjalanan pulang ke Palembang. Kita segenap jajaran Pengprov PBSI Sumsel merasakan turut berduka cita," kata Kabid Humas dan Media Pengprov PBSI Sumsel, Rustam Imron, dikutip dari Sripoku.
Baca juga: Kabar Duka Dunia Bulutangkis Indonesia: Ayah Mohammad Ahsan Meninggal Dunia
Sosok Tumin, Ayahanda Mohammad Ahsan
Tumin, ayahanda Mohammad Ahsan adalah sosok yang dikagumi dikalangan PBSI Sumsel, bagaimana dedikasi dan perhatiannya untuk bulutangkis Indonesia tidak pernah padam.
Waketum 1 Pengprov PBSI Sumsel, Chaifrioni mengakui hal itu. Menurutnya, Tumin selama ini sangat konsen menjadi pemerhati bulutangkis.
"Dia termasuk orangtua yang betul-betul konsen perhatian terhadap bulutangkis. Sehingga pemikiran-pemikirannya banyak dituangkan dalam tulisan dan dikirim ke PB PBSI," kata Chaifrioni.
Tulisan tersebut kemudian ditelaah lagi yang kemudian dibuktikan kebenarannya.
Oleh sebab itu, PBSI melekatkan kata 'pemerhati' kepada sosok Tumin karena kegigihan dan keuletannya yang konsisten menuangkan ide dan pemikiran tentang bulutangkis.
"Pak Tumin ini terkenal. Kalai kami mengistilahkannya pemerhati bulutangkis," jelas Chaifrioni.
Salah satu tulisannya yang saat ini diterapkan banyak atlet pelatnas bulutangkis mengenai servis pendek.
Servis pendek lebih efektif dibandingkan servis lambung karena banyak memiliki kelemahan menurutnya.
"Itulah dia punya tesis dan dipertahankannya. Dan katanya itu diterima oleh atlet-atlet, pelatih di Pelatnas PB PBSI. Jadi jarang baik double maupun single menggunakan servis lambung," terang Chaifrioni.
Almarhum Tumin juga kerap menuangkan gagasannya yang dijadikannya sebuah buku, kemudian dikirimkan ke insan bulutangkis, termasuk juga PBSI.
"Saya memfollow-upnya. Kami undang Pak Tumin, kami berikan dorongan, kami berikan support dari PBSI Sumsel. Dari sejak dulu itu," tambah Chaifrioni.
Namun belakangan, karena kondisi yang tidak stabil dan kian menurun, aktifitas tersebut berkurang.
Chaifrioni menjelaskan, dalam beberapa bulan belakangan, tangan Tumin kerap gemetaran.
"Saya tidak tahu belakangan ini saya lihat kesehatannya akan mundur beberapa bulan yang lalu tangannya agak tremor (gemeteran," katanya.
Tumin juga kerap berkunjung ke kantornya Chaifrioni di Jl Jenderal Sudirman dekat kantor KONI Sumsel untuk bercerita keluh kesah.
"Dia juga menawarkan buku hasil tulisannya terbitan Airlangga dan disuruhnya beli," kenang Chaifrioni.
"Dia wongnya (orangnya) aktif. walaupun rumahnya di Kenten Laut. Saya telpon saya tawari akan dijemput untuk menghadiri kegiatan di GOR Dempo. Dia datang, dia tidak mau merepotkan dijemput," pungkasnya.
Berita terkait Mohammad Ahsan
(Tribunnews.com/SinaSripoku/Abdul Hafiz)