Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Pembangunan Sirkuit Mandalika Telah Memperhitungkan Kehidupan Alam Sekitarnya

Tak jauh dari sirkuit Mandalika, terdapat sebuah lokasi yang menjadi ekosistem cacing nyale, cacing laut

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Pembangunan Sirkuit Mandalika Telah Memperhitungkan Kehidupan Alam Sekitarnya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga melihat Pertamina Mandalika International Street Circuit dari Bukit Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (24/1/2022). Bukit Seger menjadi salah satu tempat wisata yang kini ramai dikunjungi wisatawan dikarenakan dapat melihat panorama Sirkuit Mandalika dan pantai dari tempat tersebut. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Tak jauh dari Sirkuit Mandalika, terdapat sebuah lokasi yang menjadi ekosistem cacing nyale, cacing laut yang konon dipercaya sebagai perwujudan dari putri Mandalika.

Sebuah tradisi Bau Nyale, atau menangkap nyale pun dilakukan disana setiap tahun, persisnya di kaki dari bukit Seger, tak jauh dari tikungan 10 Sirkuit Mandalika.

Dengan adanya balapan MotoGP, suara nyaring motor 1000 cc, empat silinder ini pun sempat disinyalir akan mengganggu ekosistem nyale.

Namun, hal ini tak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, pembangunan Sirkuit Mandalika telah memperhitungkan kehidupan alam sekitarnya, termasuk keberadaan cacing nyale (cacing laut).

Hal ini disampaikan oleh Samsul Purba selaku direktur teknik dan operasi Mandalika Grand Prix Association (MGPA) saat ditemui di Sirkuit Mandalika baru-baru ini.

"Sejak awal itu sudah menjadi konsentrasi awal saya. Saya melakukan survei lingkungan setiap enam bulan sekali di kawasan ini. Parameter-parameter apa yang kami ukur? Kami ukur apa dampak  pembangunan dari Mandalika ini, maupun sekelilingnya terhadap biota laut tadi, di sepanjang pantai yang 6,5 KM ini," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Samsul menegaskan, alasan dirinya melakukan survei adalah guna memastikan tidak ada perubahan drastis pada kualitas air laut, maupun kualitas pasir-pasir laut, termasuk biotanya akibat pembangunan sirkuit.

"Apa yang membuat rusak?, polusi tentunya," sambung Samsul.

Untuk itulah mengapa mereka melakukan pengkajian guna menjaga biota laut, pasir pantai yang menjadi daya tarik Lombok.

Dari studi yang dilakukan oleh Samsul dan kawan-kawan, memang ada indikasi-indikasi sedimentasi yang meningkat di pantai Mandalika.

Namun, peningkatan sedimentasi tersebut bukan merupakan faktor pembangunan sirkuit.

Alasannya adalah pembangunan drainase sirkuit sejak awal dirancang "Zero Run Off".

"Jadi semua air hujan itu saya resapkan kembali. Tidak ada dibuang ke laut. Pertanyaannya, mengapa ada saluran besar? Jadi kami tidak bisa dong kendalikan air dari atas (pegunungan). Jadi air yang dari atas itulah yang langsung ke laut," katanya.

Dari situlah sedimentasi meningkat. Menurutnya, hal ini dapat pula dibuktikan dengan visual, dimana pembukaan lahan kurang terkendali.

Pihaknya pun meminta kepada pemerintah agar bisa mengendalikan hal tersebut, karena pembukaan lahan banyak terjadi di luar kawasan.

"Kalau di dalam kawasan tentu sudah tanggung jawab kami sendiri. Karena saat kawasan dinyatakan beroperasi, kami juga harus mengajukan green certifikate. Tentu, kalau kami tidak menjaga, kami tak akan dapatkan green certificate itu. Jadi selama enam bulan non stop, kami lakukan survei," ucap Samsul. 

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas