Sebut Sikap Kalem Marc Marquez hanya Topeng, Bos Yamaha: Juara Dunia Itu Arogan
Bos Yamaha, Lin Jarvis menyebut mustahil pembalap berstatus juara dunia MotoGP memiliki sikap yang kalem. Jarvis sebut sikap kalem MM93 sebagai topeng
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Bos Monster Energy Yamaha, Lin Jarvis, menyebut karakter pembalap juara dunia MotoGP mayoritas arogan dan banyak menuntut. Hal serupa juga berlaku bagi Marc Marquez.
Marc Marquez sudah berhasil mendapatkan simpati dari salah satu bos Ducati Lenovo meski belum menjalin hubungan kerja sama di paddock.
Bos yang dimaksud adalah manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, yang tampak antusias dengan kedatangan Marc Marquez ke keluarga Borgo Panigale.
Tardozzi dan Marquez memang memiliki hubungan baik, bahkan relasi ini terjalin sejak Marquez menjadi rival nomor satu Ducati di era Andrea Dovizioso.
Tardozzi makin terkesan dengan karena juara dunia delapan kali itu menunjukkan sikap yang rendah hati saat bergabung dengan tim satelit mereka, Gresini Racing.
Perilaku baik dari Marquez inilah yang meyakinkan para petinggi Ducati untuk memilihnya sebagai rekan setim baru Francesco Bagnaia musim depan.
Lebih-lebih Marquez tetap mampu menunjukkan performa yang impresif di atas motor lama Ducati Desmosedici GP23.
Marquez menjadi satu-satunya pembalap motor lama Ducati yang konsisten bersaing di posisi tiga besar dan bahkan beberapa kali memburu kemenangan.
"Saya pikir Marc masuk ke lingkungan Ducati dengan sikap yang tepat," kata Tardozzi, dikutip dari laman Motosan.
"Dia tidak pernah meminta kami untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, kecuali (General Manager Ducati Corse) Gigi Dall'Igna yang memberikannya."
"Dia menunjukkan sikap yang sempurna dan itulah mengapa dia akan menjadi pembalap di tim pabrikan pada tahun 2025," ujar Tardozzi.
Baca juga: MotoGP 2024 - Gresini Ducati Penyelamat Marc Marquez dari Ancaman Pensiun Dini
Ducati tampak sudah cukup percaya diri dengan komposisi pembalap mereka pada musim depan.
Namun, menyatukan dua pembalap dengan ambisi juara tidak akan mudah karena tensi tinggi yang akan terbawa ke dalam garasi.
Situasi serupa pernah dialami Yamaha dengan duet Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo pada 2008-2010 dan 2013-2016.