Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Telah Terbit Buku Enggak Lari, Enggak Keren Panduan Berlari Semua Kalangan

Buku "Enggak Lari, Enggak Keren" adalah semacam "Running for Dummies" versi Indonesia ditulis dengan gaya bahasa ringan dan mengalir

zoom-in Telah Terbit Buku Enggak Lari, Enggak Keren Panduan Berlari Semua Kalangan
Istimewa
Buku "Enggak Lari, Enggak Keren" adalah semacam "Running for Dummies" versi Indonesia. Buku yang ditulis dengan gaya bahasa ringan dan mengalir tersebut terutama diperuntukan bagi para pemula atau mereka yang ingin memulai berolahraga lari. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah langkah penting dalam dunia literasi olahraga di Indonesia tercapai dengan soft launching buku "Enggak Lari, Enggak Keren" (Penerbit Buku Kompas) karya Agus Hermawan, yang lebih dikenal sebagai Abah Ush. Buku setebal 282 halaman ini merupakan karya yang diharapkan menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin memulai gaya hidup sehat dan bugar melalui lari. Lari kini bukan lagi sekadar tren tetapi telah menjadi gaya hidup masyarakat terkini.

Buku "Enggak Lari, Enggak Keren" adalah semacam "Running for Dummies" versi Indonesia. Buku yang ditulis dengan gaya bahasa ringan dan mengalir tersebut terutama diperuntukan bagi para pemula atau mereka yang ingin memulai berolahraga lari. Isinya, mencakup berbagai aspek dasar lari, mulai dari persiapan fisik, teknik lari yang benar, hingga bagaimana menjaga motivasi agar tetap konsisten dalam berlari. Bahkan berbagai perlengkapan lari seperti jersey, jam olahraga hingga berbagai perlengkapan lainnya dibahas tuntas.

Buku tersebut merupakan pengembangan atau pengayaan dari konten-konten di majalah Instagram @idea.magz yang merupakan bagian dari IdeaRun Race Management.  Proses percetakan dan penerbitan buku  telah diperkenalkan kepada publik melalui reels di Instagram Abah Ush saat mengikuti London Marathon pada 21 April 2024 lalu.

Abah Ush, seorang wartawan Kompas (1989-2019) kini dikenal sebagai penggiat lari, penulis lepas dan juga bersama partner bisnisnya kini bergerak di bidang phototagging melalui Gotag.me, sebuah platform yang semakin dikenal dan digunakan di berbagai event, termasuk lomba lari. Selain itu, Abah Ush juga merupakan penggiat lari yang telah berpartisipasi dalam berbagai lomba lari di dalam dan luar negeri, termasuk empat dari enam World Marathon Majors. “Intinya ini semacam mengingatkan bahwa kita semua ini bisa berlari, tinggal mau atau tidak,” katanya. Menurut Abah, pada prinsipnya semua orang bisa berolahraga tanpa memandang usia, asal berlatih dengan bertahap dan konsisten. Dalam bukunya, dia berseloroh mencontohkan betapa dulu waktu kecil kita berlari menghindar bila dipanggil untuk pulang mandi.

Soft launching buku ini diawali dengan kegiatan lari santai bersama di kawasan Car Free Day (CFD) Jakarta, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi ringan bersama penulis. Acara ini dihadiri berbagai penggiat lari dan juga komunitas lari. Acara serupa telah pula digelar di Bandung dengan dukungan komunitas lari Unpad Runners, bersamaan dengan peringatan 10 tahun Unpad Runners. Sebagaimana diketahui, Abah Ush adalah alumni dari Unpad dan tergabung pula dalam Unpad Runners.

Buku "Enggak Lari, Enggak Keren" yang juga merupakan gagasan bersama dengan IdeaRun ini telah mendapatkan sambutan hangat dari para pembaca, dengan cetakan pertama yang sudah habis terjual dan kini memasuki proses cetakan kedua. Dalam waktu dekat, Penerbit Buku Kompas juga berencana mengadakan peluncuran resmi yang lebih besar untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.

Sejumlah tokoh dunia lari, coach atau pelatih lari maupun pelari menyambut baik penerbitan buku “Enggak Lari, Enggak Keren” tersebut. Menurut Tigor Tanjung, Sekjen PB PASI, buku kiranya dapat menunjukkan betapa menarinya olahraga lari sehingga orang tergerak melakukannya. “Hal ini sejalan dengan visi World Athletics yang ingin memanfaatkan akses yang dimiliki atletik demi membuat masyarakat sehat dan bugar,” ujar Tigor Tanjung. Sementara itu pelatih nasional atletik yang telah banyak menelurkan atlet nasional dan internasional, Agung Gantar menyebutkan bahwa bagaimanapun pelari lama atau pemula perlu terus belajar. “Ini penting agar mereka yang berlari dapat menikmati lari bahagia tanpa drama,” katanya. Sementara itu, Andri Yanto menilai buku ini akan membuka mata orang bahwa untuk menjadi pelari tidak sertamerta harus lari dengan jarak marathon. “Usain Bolt hingga pension hanya berlomba di jarak 100-200 meter, paling jauh 800 meter, dan belum pernah maraton,” tutur Andri Yanto lebih lanjut.

Berita Rekomendasi

Kiranya, dengan peluncuran buku ini, diharapkan semakin banyak masyarakat Indonesia yang terinspirasi untuk memulai kebiasaan hidup sehat melalui lari, sebagaimana dituturkan secara ringan dan mudah dipahami oleh Abah Ush dalam buku “Enggak Lari, Enggak Keren” ini.

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas