Peri Sandria: Mafia PSSI Miliki Sistem Regenerasi Andal
Kisruh dan ketidakberesan manajemen di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ternyata sudah berlangsung lama.
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurfahmi Budi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisruh dan ketidakberesan manajemen di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ternyata sudah berlangsung lama. Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab membuat lingkungan PSSI menjadi sarang para penyamun kelas kakap, yang bermain demi kepentingan tertentu.
Hal tersebut membuat prestasi Indonesia terus menurun, karena orang-orang yang tak bertanggung jawab tersebut duduk di posisi krusial di institusi tertinggi sepakbola Indonesia tersebut. Beberapa hal seperti pengaturan skor, tawar-menawar ketika sebuah klub sepakbola hendak naik kasta, sampai titip-menitip pemain timnas, sudah menjadi kebiasaan.
Walhasil, selama oknum-oknum tersebut bebas berkeliaran, termasuk membangun 'lini regenerasi', PSSI tak akan mampu mengangkat prestasi sepakbola tanah air, terutama di level senior.
Paparan tersebut dikemukakan mantan legenda sepakbola Indonesia, Peri Sandria, di Jakarta, saat launching program reality show di MNC TV, Soccer Star Indonesia, di Hotel Sultan.
"Sepakbola Indonesia sudah tak jujur. Orang yang jujur dan idealis pasti tersingkir, atau setidaknya dikucilkan. Saya pertama kali merasakan gelagat itu saat mengikuti pelatnas di Jerman, di awal tahun '90-an. Hebatnya, orang-orang tersebut memiliki sistem regenerasi yang bagus, jadi sampai sekarang masih terus berjalan. Saya yakin, jika tak ada perbaikan secepatnya, jangan harap timnas kita bisa berbicara lagi di level internasional," sebut Peri.
Eks striker Manstrans Bandung Raya ini berharap, konggres PSSI di Solo pekan depan bisa menjadi awal kebangkitan prestasi sepakbola Merah Putih.
Hal senada juga terucap dari mulut Rochi Putiray. Eks timnas dan Arseto Solo ini mengatakan oknum-oknum PSSI yang berprilaku negatif pada masanya, masih punya 'anak didik' yang membuat timnas Indonesia sulit meraih prestasi bagus.
"Saya menyorot terutama saat melihat prestasi timnas U-16 sangat baik, beberapa kali juara Asia, lalu begitu masuk senior terlihat lembek. Kegagalan timnas kita masuk ke putaran final Piala Asia 2011 bisa menjadi cermin awal. Bisa jadi itu ekses dari sistem sepakbola kita," beber Putiray.
Pemain yang pernah masuk camp uji coba klub Ligue 1, Auxerre, ini yakin, jika para pihak yang tidak berkompeten legowo untuk mundur, timnas Indonesia bisa berprestasi lagi, minimal menjadi raja di Asia Tenggara.