13 Syarat Calon Ketua Umum PSSI dari Save Our Soccer
Belum ada figur reformis dalam pertarungan memperebutkan kursi PSSI dalam kongres yang akan digelar di Solo
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Yudie Thirzano
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang kongres pemilihan ketua umum PSSI, kelompok pemerhati sepakbola Indonesia menghimbau kepada para pemilik suara untuk cerdas dalam memilih. Hal itu disuarakan oleh Save Our Soccer (SOS), Aliansi Supporter Seluruh Indonesia (ASI) dan Comunitas Netral Media Sepakbola (Cornel).
Menurut aktivis SOS, Apung Widadi hak pemilih itu sebenarnya amanat dari masyarakat Indonesia untuk memilih ketua umum PSSI. "Jadi gunakan hak pilih dengan baik, jangan pilih sia-siakan untuk memilih calon yang akhirnya merusak sepakbola kita," kata Apung dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, Rabu (6/7/2011).
Apung meliha bahwa belum ada figur reformis dalam pertarungan memperebutkan kursi PSSI dalam kongres yang akan digelar di Solo, Jawa Tengah itu. "Yang ada hanyalah orang-orang lama dari rezim satus quo yang berubah bentuk. namun kelompok ini masih berbahaya karena terkonsolidasi dengan sangat rapi," tuturnya.
Di sisi lain, Apung melanjutkan peserta Kongres juga cenderung tidak pintar karena hanya memilih siapa yang akan berani bayar paling mahal. Hal ini terlihat dari dugaan akan adanya politik uang di kongres ke depan.
"Pemilik suara cenderung tidak mempunyai arah perjuangan yang jelas. seperti sekelompok yang mudah digerakkan saja tanpa berani menentukan sikap dan pilihan," katanya.
Oleh karenanya organisasi pemerhati sepakbola itu mengajukan 13 syarat yang harus dipenuhi calon ketua umum PSSI yakni :
1. Berintegritas. Integritas mensyaratkan yang bersangkutan tidak pernah dijatuhi sanksi hukum signifikan yang akan berpengaruh besar terhadap kerja-kerja perbaikan Sepakbola.
2. Memiliki kredibilitas tinggi di mata masyarakat pecinta bola.
3. Sebagai pemimpin, harus mampu membuat perencanaan strategis dan kelembagaan. Calon pimpinan PSSI harus terbukti mampu menjadi pemimpin selama berkarier.
4. Memprioritaskan penindakan kasus-kasus korupsi di sepakbola, reformasi kelembagaan sekaligus mengawal pencegahan korupsi dan politisasi di sepakbola.
5. Bukan orang atau Rezim Status Quo.
6. Memiliki daya tahan dari tekanan kerja dan serangan balik rezim status quo..
7. Berani mengambil risiko, yang salah satunya diukur dari keberanian, kecepatan dan ketepatan dalam mengambil keputusan.