TRIBUNNEWS.COM - Empat pertandingan pertama bersama Persib Bandung menjadi momen terindah Djibril Coulibaly. Lima gol berhasil dia sarangkan dan mengibarkan bendera bersaing dalam perebutan top scorer kompetisi.

Lima gol dari empat laga bisa dikatakan sebagai penegasan kemampuannya mengoyak gawang lawan tak surut. Dia tetap stabil mencetak gol setelah melakukannya sebanyak 21 kali dalam 29 laga bersama Barito Putera musim lalu.

Gol demi gol untuk Maung Bandung juga menjadi jawaban bahwa manajemen dan pelatih tak salah mengambil lagi setelah sempat mendepaknya karena alasan kebugaran. Djibril yang direkrut berbarengan dengan Makan Konate dicoret beberapa hari sebelum kompetisi bergulir akibat masalah matatarsal kaki kanannya.

Tak juga mendapat pengganti, Djibril diambil lagi. Alhasil, namanya belum sah sebagai pemain Persib Bandung dalam tiga pertandingan pertama. Dia hanya menjadi penonton saat melawan Sriwijaya FC dan Persita Tangerang di kandang, serta tandang pertama melawan Persijap Jepara.

Pemain asal Mali ini diturunkan Djadjang Nurdjaman saat bermain di Stadion Brawijaya, Kediri, melawan Persik. Masuk menggantikan Tantan menit 54, Djibril membobol gawang Teddy Setiawan menit 80.

Gol itu menjadi yang kedua untuk Persib karena Ahmad Jufriyanto sebelumnya sudah membobol gawang lawan. Atep memperbesar keunggulan menjadi 3-0 pada menit 90+1.

Setelah itu, Djibril mencetak satu gol ke gawang Semen Padang tapi tak bisa menyelamatkan tim dari kekalahan di kandang sendiri. Selanjutnya, dua gol ke gawang mantan timnya, Barito, memberi kemenangan 2-0.

Terakhir, satu golnya turut mengantarkan Persib meraih kemenangan 3-2 atas Arema Cronus di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, setelah sempat tertinggal 0-2 di babak pertama.

Lima gol dalam empat laga pertama tak berlanjut pada empat pertandingan selanjutnya di kompetisi dan melawan Ajax Amsterdam. Djibril seakan kehilangan magis saat bertemu Gresik United, Pelita Bandung Raya (PBR) dua kali dan Persija Jakarta.

Melawan Gresik di Stadion Petrokimia, Persib masih bisa menang 4-1 tanpa sumbangan Djibril. Tapi dalam tiga laga terakhir, Persib hanya mendulang dua poin hasil kalah 0-1 melawan PBR di putaran pertama, seri 0-0 melawan Persija Jakarta di laga pamungkas putaran pertama dan imbang 2-2 versus PBR di awal putaran kedua.

Djibril punya alibi mengenai kegagalan membobol gawang lawan.

"Saya seorang striker. Jika tidak mendapat bola di tempat dan waktu yang tepat, saya tak bisa mencetak gol," ucapnya, Kamis (22/5/2014).

Alasan itu pun yang membuatnya tak merasa tertekan dengan komentar pelatihnya, Djadjang Nurdjaman, soal buruknya penyelesaian akhir.

"Kadang-kadang, kami menang serta mencetak banyak gol tapi belum memecahkan masalah ini (penyelesaian akhir). Sayang, sepak bola memang seperti ini. Tidak selalu berjalan sesuai keinginan," ucapnya.

Pemain asal Mali itu pun sempat didera masalah berat badan dan cedera. Bahkan karena tak berkontribusi maksimal ketika bertemu Persija Jakarta dan PBR, perannya diganti pemain lain.

"Saat lawan PBR yang pertama dan Persija Jakarta, saya tidak terlalu bagus karena berat badan naik. Bermain lawan PBR kedua, saya lebih baik tapi saya justru kurang beruntung karena mendapat cedera," katanya. Ia mengaku efek cedera itu masih terasa hingga kemarin sore.