Gaji Tertunda, Pemain Persewangi Ancam Mogok
Sebanyak 18 pemain Persewangi Banyuwangi mengancam tidak akan bermain pada laga penyisihan grup tujuh Divisi Utama Liga Indonesia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Sebanyak 18 pemain Persewangi Banyuwangi mengancam tidak akan bermain pada laga penyisihan grup tujuh Divisi Utama Liga Indonesia melawan Persbul Buol, di di Stadion Diponegoro Banyuwangi, pada akhir pekan ini. Ancaman tersebut merupakan bentuk protes para pemain karena gaji mereka tertunggak.
"Kami baru akan bermain jika tunggakan gaji sebesar Rp 84.750.000 diselesaikan. Untuk gaji Juni dan Juli, kami dibayar dengan sistem cicil dan gaji Agustus sama sekali belum di bayar," ujar pemain Persewangi asal Nigeria, Peter Lipede, Rabu (20/8/2014).
"Ini sudah ketiga kalinya. Pertama ketika kami main di Lumajang untuk laga melawan Persebo Bondowoso dan kemarin saat kami melawan Persigo Gorontalo. Pada menit-menit terakhir, pihak manajemen selalu mengatakan pasti dibayar. Tapi ternyata belum juga dibayar," lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan gelandang serang Persewangi Zainul Ilham. Zainul mengatakan selama ini pihak manajemen dianggap tidak peduli dengan nasib para pemain. Bahkan, lanjut Zainul, mereka tidak memiliki tim medis.
"Seharusnya pihak manajemen lebih terbuka kepada kami sehingga kami bisa mengambil keputusan. Apalagi saat ini Persewangi sudah masuk 16 besar Divisi Utama Liga Indonesia," jelasnya.
"Jika sakit yang kami berobat sendiri. Saat ini ada dua teman kami yang sakit yaitu Anis dan Andi Wijaya. Sedangkan Trubus mengalami cedera lutut dan sudah dua bulan terakhir ini tidak bertanding. Sama sekali tidak ada perhatian baik dari manajemen maupun dari pemerintah padahal kami sudah memberikan yang terbaik untuk Banyuwangi," katanya.
Sementara itu, ketika dimintai konfirmasi, Manajer Persewangi Hari Wijaya mengatakan jika Persewangi tidak punya uang.
"Setiap main penonton juga sedikit. Tidak mungkin jika gaji hanya dibebankan pada satu atau dua orang saja," jelasnya.
Ia mengatakan sebagai pemain profesional seharusnya tetap bermain walau gajinya belum terbayarkan. Ia mencontohkan banyak klub lain menunggak gaji pemain, tetapi bisa tetap mengikuti kompetisi.
"Yang digaji pemerintah saja sering telat. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus ikut bertanggung jawab atas nasib para pemain sepak bola," katanya.
Persewangi saat ini sudah masuk 16 besar Divisi Utama Liga Indonesia dengan total nilai 22. Pertandingan melawan Buol akhir pekan ini merupakan pertandingan terakhir di babak penyisihan grup tujuh Divisi Utama Liga Indonesia.(Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati)