TRIBUNNEWS.COM - Keberadaan Mahmoud El Ali bersama Persela Lamongan di Piala Jenderal Sudirman jadi pertanyaan.

Hingga kini, pemain asal Lebanon itu dihukum tidak boleh beraktivitas di sepak bola seumur hidupnya sejak 2013.

Sanksi itu dijatuhkan ke El-Ali karena dia terbukti terlibat skandal pengaturan skor di babak kualifikasi Piala Dunia 2014, ketika dia memperkuat Tim Nasional Lebanon.

Akibat sanksi itu, El-Ali, yang ketika itu sedang memperkuat Persiba Balikpapan, terpaksa harus angkat kaki dari Indonesia. Namun, dua tahun berselang dia kembali lagi ke Indonesia.

"Sebenarnya kami sudah tahu El-Ali kena sanksi dari Asosiasi Sepak Bola Lebanon (LFA) dan FIFA karena kasus pengaturan skor, tetapi kami butuh penyerang bagus sebagai pendamping (Bijahil) Chalwa," ujar Arif Bachtiar, Media Officer Persela kepada Goal.com.

"Sudahlah, jangan lagi dipermasalahkan itu (sanksi El-Ali). Semua mestinya harus berpikir positif saja. Sepak bola Indonesia juga sudah disanksi FIFA karena pembekuan PSSI. Kalau mau diberi sanksi, mau disanksi yang mana lagi?" tambah Arif.

Hal senada dituturkan Manajer Persela, Edy Yunan Achmadi. "Kami berani mengambilnya untuk turnamen ini karena Piala Jenderal Sudirman tidak melibatkan PSSI secara langsung. Sanksi yang didapat Mahmoud dari FIFA yang merupakan induk PSSI," katanya.

"Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, lagipula sudah disahkan Mahaka dan sudah dimainkan di pertandingan ini (lawan Persib Bandung)," imbuh Yunan.

Pelatih Persela, Didik Ludiyanto, enggan menanggapi terlalu jauh mengenai sanksi untuk El-Ali. Sebagai pelatih dia hanya berpatokan pada masalah teknis saja.

"Bagi saya yang terpenting adalah seorang pemain yang sesuai dengan skema yang akan saya terapkan. Saya hanya menyarankan perekrutan pemain. Terakhir dia bermain di Abu Dhabi," ucap Didik.

BACA SELENGKAPNYA HANYA DI HARIAN SUPER BALL, SELASA (17/11/2015)