Ponaryo: Pemain Dituntut Main Baik Tapi Hak Tak Dipenuhi
Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan ia terus berjuang agar pesepakbola bisa menikmati kompetisi tanpa konflik.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Setahun sudah kompetisi sepakbola di Indonesia tak bergulir. Tak banyak pihak yang terusik dengan hal ini. Sebagian besar stakeholder memilih bungkam dan terlena dengan turnamen-turnamen yang digelar Menpora dan Tim Transisi.
Dari sedikit yang peduli, satu di antaranya adalah Forum Mahasiswa Hukum Peduli Sepakbola Indonesia Universitas Sumatera Utara (Formahupsi USU). Selasa (1/12) mereka menggelar Seminar Nasional bertajuk Menyelamatkan Sepakbola Indonesia. Acara ini digelar di Ruang Peradilan Semu, Fakultas Hukum USU.
Dalam acara ini, dua mantan pemain Timnas Indonesia dihadirkan, yakni Kurniawan Dwi Yulianto dan Ponaryo Astaman.
Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) yang dijabat oleh Ponaryo Astaman, mengatakan saat ini ketimpangan sangat dirasakan pesepakbola profesional Tanah Air. Sebab, pemain selalu dituntut untuk bermain baik, akan tetapi hak pemain kerap tidak dipenuhi oleh klub.
"Ironisnya, kita dituntut untuk bermain baik, memberi prestasi, tapi hak-hak yang harus dipenuhi, malah menjadi masalah. Karena banyak hak pemain tidak direalisasikan. Banyak regulasi yang tidak mendukung kepada pemain," ungkapnya.
Menurut Ponaryo, pemain sepakbola adalah komoditi utama, pemain adalah produk yang dijual. Apalagi saat ini sepakbola tidak terlepas dari bisnis yang menghasilkan keuntungan ekonomi bagi sebuah klub. Maka dari itu, menurutnya klub sepakbola harus benar-benar peduli terhadap pemain sepakbola.
"Kenapa kok terkesannya kita (pemain) selalu bicara gaji ataupun uang. Tapi memang tak bisa dipungkiri, sepakbola ini sudah masuk dalam komoditi bisnis, ada nilai ekonomi di sini. Dunianya sudah seperti ini. makanya diperlukan regulasi ataupun aturan dengan baik. Sehingga tidak ada yang terdzolimi dan hak serta kewajiban bisa seimbang," terang gelandang yang pernah membela Persija, PSM Makassar, Arema, dan Sriwijaya FC ini.
Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan ia terus berjuang agar pesepakbola bisa menikmati kompetisi tanpa konflik. Serta mengangkat derajat pemain sepakbola agar lebih dihargai.
"Pemain sepakbola di Indonesia ini unik sekali. Mereka mengatakan profesional tapi tidak mengerti apa arti profesional. Ketika dikontrak mereka hanya melihat nominal dan jangka waktu. Tapi tidak mau membaca isi kontrak dengan baik. Para pemain harus bisa mengerti kontrak yang diberikan klub, agar ke depannya tidak ada hal yang dirugikan," jelas mantan striker Timnas Indonesia ini.
Dikatakannya, selain permasalahan gaji, yang menjadi sorotan bagi APPI adalah pembinaan usia dini. Ia berharap, pembinaan usia dini ini harus difasilitasi di seluruh daerah hingga ke pelosok negeri. Mulai dari tingkat SSB, U-12, U-15, U-17 dan sebagainya bisa merasakan kompetisi.
"Semua harus ada kompetisi, sejak dini. Ya agar memang sepakbola kita untuk ke depannya bisa lebih baik dari sekarang dan semua pemain yang bertalenta bisa tampil ke permukaan," ungkap pemain yang pernah membela PSMS ini.