Pro Duta FC Ragu Ikut Indonesia Soccer Championship B
Handoyo berujar, pihaknya sedang menimbang efek positif dan negatif jika ikut atau tidak ikut ISC B
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Manejemen Pro Duta FC ragu-ragu ikut serta dalam turnamen jangka panjang Indonesia Soccer Championship (ISC) B yang digelar PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Padahal hampir seluruh klub Divisi Utama (DU) sepertinya sudah dipastikan ikut turnamen sebagai pengganti kompetisi resmi itu.
Media officer Pro Duta FC, Handoyo Subosito mengatakan, pihaknya bimbang ikut ISC B, karena turnamen itu bukan pertandingan yang dinaungi langsung oleh PSSI.
"Sebagai anggota PSSI, kami masih berpikir ulang karena ISC B bukan kompetisi resmi yang digelar oleh PSSI. ISC B hanya untuk mengisi kekosongan waktu saja. Sementara kami menginginkan ikut pertandingan dalam sebuah kompetisi resmi yang digelar oleh PSSI. Sehingga kami bisa berpeluang untuk promosi ke Liga Super Indonesia," kata Handoyo kepada Harian Super Ball, kemarin.
Handoyo berujar, pihaknya sedang menimbang efek positif dan negatif jika ikut atau tidak ikut ISC B.
"Kalau turnamen ini digelar oleh pihak swasta atau bukan oleh PSSI, maka tidak ada kewajiban bagi klub untuk ikut serta. Tetapi jika sebelum atau setelah kick off ternyata sepakbola kita kembali normal dan seandainya ISC dijadikan kompetisi resmi oleh PSSI, bagaimana dengan status klub yang terlanjur tidak ikut serta di ISC B," ujar Handoyo.
Handoyo mengaku, pihaknya sudah menanyakan hal itu kepada Direktur PT GTS, Joko Driyono.
Namun hingga sekarang belum ada jawaban apa-apa.
"Kami sudah menanyakannya kepada PT GTS, tetapi belum ada jawaban apa-apa dari Pak Joko Driyono. Padahal kami membutuhkan kepastian status bagi klub yang tidak ikut serta dalam ISC B tersebut," ucap Handoyo.
Konflik sepakbola nasional yang tak kunjung selesai, tutur Handoyo, memang membuat klub bingung menentukan pilihan.
"Soal dana subsidi ratusan juta kepada klub yang ikut ISC B, tidak bisa menjadi jaminan kami bisa ikut turnamen itu dengan baik. Jumlah subsidi itu tidak bisa mengcounter seluruh biaya operasional tim. Ini perlu dipikirkan dan dipertimbangkan kembali," tuturnya.
Handoyo menambahkan, kabar penyelenggaraan ISC B untuk klub di Divisi Utama juga dilakukan secara mendadak. Sehingga banyak klub Divisi Utama yang belum siap.
"Sejauh ini, kami mengira ISC hanya untuk klub Liga Super Indonesia. Tetapi ternyata klub Divisi Utama juga diikutsertakan di ISC B. Ini membuat manajemen klub harus memutar otak untuk mendapatkan sponsor," tambah Handoyo.
Handoyo menjelaskan, bukan pekerjaan mudah, untuk mendapatkan sponsor dalam waktu dekat. Apalagi pertandingan ini sifatnya hanya turnamen saja.
"Mencari sponsor dalam kondisi sepakbola kita masih seperti ini tidaklah mudah. Para sponsor akan berpikir dua kali, karena ini sifatnya hanya turnamen saja. Meki penyelenggaraannya persis seperti kompetisi resmi. Padahal dukungan dari sponsor sangat dibutuhkan untuk membiayai seluruh operasional tim. Dana subsidi Rp 400 juta dari PT GTS hanya cukup untuk operasional tim dalam waktu pendek," jelas Handoyo.