Antisipasi Bentrok Berdarah di Gresik, PSSI Minta Operator Liga Terapkan Standar FIFA
PSSI berharap agar kejadian yang terjadi beberapa waktu yang lalu tidak terulang kembali.
Editor: Ravianto
Laporan Wartawan SuperBall.id, Mochamad Hary Prasetya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kompetisi Indonesia Soccer Championship A sudah berjalan memasuki pekan kelima, tetapi dari perjalanan itu sudah terdapat beberapa kerusuhan.
Kerusuhan pertama terjadi ketika salah satu suporter The Jakmania, Muhammad Fahreza, meninggal dunia usai diduga terkena pukulan oleh oknum kepolisian pada pertandingan Persija melawan Persela Lamongan.
Lalu yang terbaru pada pekan lalu, suporter PS TNI terlihat melakukan kekerasan kepada suporter Persegres Gresik, Ultras Mania, sehingga ada 50 orang harus dilarikan ke rumah sakit.
Dengan adanya kekerasan itu membuat PSSI selaku Federasi Sepak Bola Indonesia, memanggil PT Gelora Trisula Semesta (GTS) yang merupakan operator pertandingan ISC A 2016 pada Kamis (26/5/2016) di Kantor PSSI, Jakarta Pusat.
PSSI berharap agar kejadian yang terjadi beberapa waktu yang lalu tidak terulang kembali.
"Korban sudah terjadi, pertama di Jakarta dan di Gresik, kami tidak mau adanya kekerasan seperti ini lagi, pada waktu ISL yang lalu, kekerasaan dalam suatu pertandingan sudah sangat rendah tetapi ini kok baru dimulai grafiknya meningkat," ucap Sekretaris Jenderal PSSI, Azwan Karim.
Azwan juga meminta kepada PT GTS untuk menerapkan peraturan pengamanan stadion seperti FIFA agar kedepannya dalam setiap pertandingan bisa berjalan baik.
"Kami sudah memberikan masukan agar bisa memakai FIFA Stadia Security Plan harus menjadi PSSI Stadia Security Plan meski tidak bisa kita ambil semua karena FIFA menerapkan standar Eropa tetapi pasti ada beberapa yang kami ambil," tambahnya.
Nantinya dalam regulasi itu akan ada manual serta konsekuensinya agar tidak ada anak tiri, anak emas, atau segala macamnya.