Indonesia vs Puerto Rico: Menanti Selebrasi Lilipaly
Gaya yang disebut "rock the cradle" ini pertama dipopulerkan penyerang Brasil, Bebeto di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Bisa merayakan gol dengan gaya menimang bayi adalah impian setiap pemain sepak bola, terutama yang baru dikaruniai anak pertama.
Gaya yang disebut "rock the cradle" ini pertama dipopulerkan penyerang Brasil, Bebeto di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Selebrasi "rock the cradle" itu pula sepertinya yang diidamkan oleh Stefano Lilipaly saat Indonesia menantang Puerto Rico dalam uji coba di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, Selasa (13/6) malam ini.
Gelandang SC Cambuur ini memang masih euforia dengan kehadiran putra pertama, yang diberi nama Jax Elion Lilipaly. Sang istri, Carmen Rowena melahirkan anak pertamanya itu di salah satu rumah sakit di Belanda pada 7 Juni lalu.
Demi menemani persalinan sang istri, gelandang 27 tahun ini rela absen membela tim merah putih saat menaklukkan Kamboja 2-0 dalam uji coba pada Kamis (8/6) lalu. Kini, melawan Puerto Rico, bermodal kebahagiaan menjadi ayah, Lilipaly datang dengan segunung motivasi. “Saya senang akhirnya berada di sini dan bisa berlatih bersama dengan tim,” ungkap Lilipaly dari rilis media PSSI.
Mantan pemain Persija ini mengaku sedikit dilanda kelelahan karena baru saja menjalani perjalanan yang cukup jauh. Akan tetapi hal itu bukan jadi masalah baginya.
“Memang sedikit lelah, tapi saya merasa baik-baik saja jadi bukan masalah. Ini latihan yang bagus, tidak terlalu berat tapi lebih ke taktikal dan sangat bagus, saya merasa menikmatinya,” tambahnya.
Ini juga menjadi kali pertama ia merasakan dipoles oleh pelatih Luis Milla. Lilipaly menilai Milla sosok yang tepat untuk menangani skuat Garuda. “Dia pelatih yang bagus, dia berasal dari Eropa, Spanyol. Jadi dia tahu bagaimana sepak bola yang bagus. Dia sangat kuat secara taktikal dan saya rasa itu bagus untuk sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Lilipaly kemungkinan akan dipasang sebagai gelandang sentral dalam formasi 4-3-3 diapit oleh Bayu Pradana, dan Gian Zola. Lini depan kemungkinan diisi Irfan Bachdim, Marinus Wanewar, dan Yabes Roni.
Puerto Rico dinilai menjadi lawan sepadan, setidaknya lebih tangguh dari Kamboja. Mereka saat ini menduduki peringkat di posisi 134 dalam rangking FIFA, lebih baik dari Indonesia yang bertengger di urutan 177.
Asisten pelatih timnas Garuda, Bima Sakti menyebut Puerto Rico lebih baik dari Kamboja, dan karenanya diperkirakan laga ini akan berlangsung lebih sulit. "Ya peringkat FIFA mereka lebih bagus, jadi pastinya lebih baguslah dari Kamboja. Target kami tentu ingin menang, untuk bisa mengangkat rangking FIFA dan juga mengangkat kepercayaan diri pemain," tutur Bima.
Menurut Bima, ada dua faktor yang harus diwaspadai dari tim tamu. "Puerto Rico memiliki build up serangan yang sangat bagus. Mereka juga memiliki striker dengan postur yang tinggi dan kuat. Antisipasinya adalah kami harus tetap memenangi duel udara dan juga second ball," katanya.
Puerto Rico dibesut oleh pelatih asal Spanyol, Carlos García Cantarero yang sebelumnya pernah menukangi Atletico Madrid pada musim 2000-2001.
Ketika melatih Atletico Madrid itulah, Carlos memercayai Fernando Torres, yang saat itu masih berusia 17 tahun, untuk menjalani debut di Atletico senior. Setelah membawa Atletico Madrid jadi runner up Liga Spanyol di musim itu, setahun kemudian kembali ke Atletico Madrid B sebelum hengkang untuk menjadi pelatih Levante pada musim 2002-2003. Bergonta-ganti klub, Carlos akhirnya mendarat di kursi pelatih Puerto Rico sejak 29 Juli 2016.
Namun kiprahnya di Puerto Rico tak terlalu menjanjikan. Terlihat dalam lima laga terakhir dimana mereka terus didera kekalahan. Duel persahabatan terakhir, negara dari kepulauan Karibia ini dicukur India 1-4.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.