Timnas Indonesia U-19: Mengapa Kami di Bully Habis-habisan?
PSSI meminta publik tidak terburu-buru menghakimi Tim Nasional U-19 Indonesia terkait kegagalan melaju ke final Piala AFF U-18 2017.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - PSSI meminta publik tidak terburu-buru menghakimi Timnas Indonesia U-19 terkait kegagalan melaju ke final Piala AFF U-18 2017.
Garuda Nusantara gagal ke final setelah kalah dari Thailand melalui drama adu penalti pada Jumat (15/9/2017).
Selepas kegagalan tersebut, sejumlah pemain mendapatkan kritik dari netizen.
Banyak yang menyanyangkan beberapa pemain tampil terlalu individual.
"Saya mewakili federasi dan juga rekan-rekan di sini."
"Kami juga berharap suporter jangan terburu-buru mengecam."
"Tadi kami ngobrol dengan pemain, 'om kenapa kami di medsos dibully habis-habisan. Padahal kami sudah berjuang," kata Koordinator Timnas Indonesia, Fanny Riawan.
Fanny meminta suporter memahami bahwa pemain masih sangat muda sehingga tak pantas dihujat.
"Kami punya pemain paling muda Witan berumur 16 tahun dan Egy juga berusia 17 tahun.
"Artinya, kalau para suporter sepak bola Indonesia ingin masa depan sepak bola kita lebih baik kasihlah dorongan-dorongan buat mereka," tuturnya.
Kepada pemain, Fanny kemudian menceritakan kisah David Beckham yang sempat menjadi public enemy seusai memperkuat timnas Inggris.
"Tadi saya cerita David Beckham dan Diego Simeone."
"Pulang dari sana dibully habis-habisan oleh seluruh masyarakat Inggris."
"Artinya saya juga mengingatkan ke mereka ini risiko yang kalian akan terima," jelas Fanny.
Saat itu, Beckham yang masih berusia 23 tahun mendapat kartu merah saat melawan Argentina.
Pada sebuah momen, Beckham dilanggar Simeone dari belakang.
Setelah terjatuh, Beckham kemudian menendang Simeone.
Imbasnya, Beckham harus mendapatkan kartu merah.
Kejadian ini seperti yang dialami Saddil Ramdani saat tampil melawan Thailand pada pertandingan semifinal kemarin.