Mantan Pemain Nasional dan Legenda Sepakbola Indonesia Prihatin Kondisi Pelatih di Indonesia
Beberapa mantan pemain nasional dan legenda sepak bola Indonesia pada Kamis (30/5/2019) menggelar acara berbuka puasa bersama.
Editor: Toni Bramantoro
“PSSI harus tegas. Ini bisa terjadi karena organisasi PSSI tidak benar. Di PSSI saat ini memang ada beberapa mantan pemain nasional di sana, tetapi peran mereka tidak besar,” tutur mantan pemain Indonesia Muda itu.
Selain itu Dede juga menyoroti kondisi voter atau pemilik suara di Kongres PSSI, yang nota bene penentu dalam arah organisasi itu, sudah tidak benar.
“Di Exco PSSI (Komite Eksekutif PSSI) lebih banyak diisi orang-orang yang tidak kapable dalam sepak bola,” ujar Dede Sulaiman.
Sementara Mundari Karya, instruktur pelatih AFC dari Indonesia lainnya, menyatakan perlunya para mantan pemain dan pelatih nasional ini untuk terlibat langsung dalam organisasi PSSI.
“Kita memang harus masuk ke dalam organisasi jika memang ingin membuat perubahan. Tidak bisa hanya di luar saja,” kata Mundari.
Usaha untuk masuk ini sebenarnya sudah terbuka. Lantaran sudah ada wadah Asosiasi Pelatih Sepak bola Indonesia (APSI) yang juga menjadi anggota dan memiliki satu suara di Kongres PSSI. Namun saat ini keabsahan organisasi pelatih itu tengah bermasalah.
“Kita perlu untuk kembali membuka akte organisasi itu dan membuat RUPS agar bisa memperbarui susunan organisasinya, agar kita bisa berkiprah lagi di organisasi PSSI,” jelas Ronny Tanuwijaya, Pendiri APSI sekaligus penasehat di IFA.
Jika ke depan administrasi dan organisasi APSI beres, peran para pelatih dan mantan pemain nasional yang terpinggirkan diharapkan bisa diakomodir dengan baik.
Selanjutnya, pelatih dan mantan pemain perlu pula dilibatkan, khususnya saat PSSI merumuskan aturan seputar pelatih yang bisa beroperasi di Indonesia.