La Nyala Mattalitti : PSSI Masih Punya Hutang ke Saya 4,5 Milliar
La Nyala Mattalitti : PSSI masih punya hutang 4,5 Milliar, Rabu (30/10/2019)
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - La Nyala Mattalitti : PSSI masih punya hutang 4,5 Milliar, Rabu (30/10/2019)
La Nyala Matalitti menjelaskan bahwa federasi tertinggi sepakbola Indonesia masih memiliki hutang kepadanya.
Dalam acara Mata Najwa, PSSI Bisa Apa Jilid 5 : Kongres PSSI buat apa, La Nyala Matalitti yang sempat mencalonkan diri sebagai ketua PSSI periode 2020 menyebut bawah PSSI masih memiliki hutang kepadanya.
La Nyalla menyebut, PSSI memiliki total hutang kepadanya sebesar 13,9 M yang baru bisa dicicil.
"Uang 10 Miliar untuk membayar Liga Indonesia itu uang saya, bukan PSSI," tegas La Nyalla.
PSSI mengadakan kongres pemilihan pengurus periode 2019-2023 pada 2 November.
Di sini, nantinya 86 voters akan memilih siapa ketua umum, wakil, dan komite eksekutif (Exco) PSSI.
Vijaya menegaskan bahwa jika terpilih menjadi ketum dia meminta pengurus PSSI meninggalkan posisinya di klub. Dia tak ingin ada conflict of interest.
"Pengurus PSSI tidak boleh ada yang merangkap jabatan di klub. Ini buat menghindarkan adanya kepentingan," ungkap Vijaya dalam acara diskusi caketum PSSI di Wisma Kemenpora, Rabu (30/10/2019).
Tapi sebagai pemegang saham atau pemilik klub tidak ada masalah selama tidak menjabat sebagai pengurus. Seperti halnya menteri mundur dari jabatan perusahaan swasta tapi tetap boleh sebagai pemegang saham.
"Kalau pun saya jadi Ketum PSSI, saya tidak boleh terlibat dan mundur sebagai pengurus Persis Solo. Pengurus PSSI dan Exco harus mundur dari klub. Dari persoalan tersebut, maka saya usulkan agar Exco PSSI digaji," tegasnya.
Sepak bola di Indonesia layak jika dikatakan sebagai olah raga yang merakyat. Namun sepak bola seringkali menjadi pemberitaan yang membuat kita harus mengelus dada. Dunia sepak bola nasional seolah tak henti-henti dirundung masalah. Mulai dari kisruh di induk organisasi, dualisme kompetisi, intervensi pemerintahan hingga berujung pada pembekuan oleh FIFA dan terakhir yang sangat memilukan adalah terbongkarnya praktik pengaturan hasil pertandingan.
Puncak kesedihan Vijaya Fitriyasa adalah mendengar rumor bahwa terjadi perpecahan yang kuat dan dalam di kalangan para penggiat ataupun orang-orang terlibat aktif dalam persepakbolaan nasional.
Mungkin carut marut persepakbolaan di tanah air inilah yang membuat Timnas Indonesia, tak kunjung menghadirkan prestasi yang membanggakan publik sepak bola nasional. Meskipun beruntung kita masih merasakan juara AFF U-19 di 2013 dan juara AFF U-16 di 2018, namun Timnas Senior tidaklah seberuntung itu.
Rangking FIFA Indonesia tentunya mengkonfirmasi berbagai badai persoalan yang terus menghantam sepak bola nasional. Bahkan di Tahun 2019 rangking FIFA Indonesia (urutan ke-171) harus kalah dengan negara tetangga seperti Papua New Guinea (urutan ke-165).
Demikianlah sepak bola di negara ini kini, wajar jika rakyat Indonesia pencinta sepak bola luntur kepercayaannya terhadap PSSI dan kehilangan rasa bangga terhadap sepak bola Indonesia. Berkali-kali masyarakat Indonesia menunjukkan semangatnya mendukung sepak bola Indonesia, namun berkali-kali pula mereka harus kecewa.
Vijaya bertekad bahwa sudah saatnya akhiri masa kemunduran Sepak Bola Nasional. Pemilik Jakarta United Football Club ini akan jadikan tahun 2019 sebagai titik awal untuk mulai menata Sepak Bola Nasional dengan lebih baik.
Saatnya mengembalikan kepercayaan publik sepak bola Indonesia kepada PSSI dan saatnya untuk memulai merevolusi dan sistematis mewujudkan Sepak Bola Indonesia menjadi Kebanggaan Nasional.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.