Seputar Penyakit Radang Otak yang Menyerang Alfin Lestaluhu
Siapa pun pada usia berapa pun dapat terserang ensefalitis. Dalam kasus yang jarang terjadi dapat disebabkan oleh bakteri atau bahkan jamur.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Diagnosis dokter, Alfin meninggal karena encephalitis (infeksi otak) dengan hypoalbumin," ucap Bandung.
Seperti yang diberitakan Kompas.com pada Jumat (1/11/2019), yang melansir Medical News Today, penyakit enchepalitis adalah pembengkakan akut yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus ataupun sistem imun yang mengalami kelainan dan membuatnya justru keliru karena menyerang jaringan otak.
Gejala awal penyakit ini biasanya disertai demam, fotofobia, serta sakit kepala, dan penyakit ini cenderung muncul secara tiba-tiba.
Seringnya, penyakit ini menyerang anak-anak. Pada orang dewasa umumnya hanya terjadi pada mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Radang Otak
Dari hasil diagnosa dokter, Alfin terserang infeksi radang otak. Penyakit itulah yang kemudian menyebabkan Alfin meninggal dunia.
Lalu, apa itu penyakit radang otak? Radang otak atau Ensefalitis disebabkan oleh infeksi yang menyerang otak ( ensefalitis infeksi) atau melalui sistem kekebalan yang menyerang otak.
Siapa pun pada usia berapa pun dapat terserang ensefalitis. Dalam kasus yang jarang terjadi dapat disebabkan oleh bakteri atau bahkan jamur.
Ada dua jenis utama ensefalitis, yakni primer dan sekunder. Ensefalitis primer terjadi ketika virus menginfeksi otak dan sumsum tulang belakang secara langsung.
Ensefalitis sekunder terjadi ketika infeksi dimulai di tempat lain di tubuh dan kemudian menyebar ke otak. Ensefalitis adalah penyakit langka namun serius yang dapat mengancam jiwa.
Gejala
Ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi, seperti yang terjadi pada Alfin biasanya diawali dengan gejala seperti flu atau sakit kepala.
Dalam tahap serius, penyakit ini bisa menyebabkan perubahan tingkat kesadaran. Mulai dari kebingungan ringan atau kantuk hingga kehilangan kesadaran dan koma.
Pasien juga bisa mengalami kenaikan suhu tubuh yang tinggi, kejang, keengganan terhadap cahaya terang, ketidakmampuan untuk berbicara atau mengontrol gerakan, perubahan sensorik, kekakuan leher atau perilaku yang tidak seperti biasanya.