Kisah Eks Wonderkid PSIM Yogyakarta, Alasan Pensiun Dini hingga Dipukuli Oknum Supporter Persis Solo
Cerita Wonderkid PSIM Yogyakarta, Johan Arga Pramudya mengenai alasan pensiun dini hingga pengalaman dihajar oknum supporter Persis Solo
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Nama Johan Arga Pramudya mungkin tidak asing di telinga supporter PSIM Mataram.
Sempat menjanjikan ketika melakoni debut di usia 18 tahun, kini pemain yang berposisi sebagai penyerang itu, memutuskan pensiun dan fokus menjadi wirausaha dan pelatih PSIS Semarang putri.
Johan juga menceritakan bagaimana kisahnya kala menonton PSIM Yogyakarta menghadapi Persis Solo dan membuatnya di pukuli oleh oknum supporter.
Pensiun di usia 27 tahun, Johan Arga Pramudya bercerita kupada Tribun Bogor mengenai keputusannya pensiun dini dan merintis karır di luar Sepak bola.
Johan memulai petualangannya dengan masuk ke dalam tim PSIM Yogyakarta junior pada 2003.Setelah berlatih selama lima tahun, Johan berhasil tembus ke tim senior PSIM di usianya yang ke-18 tahun.
Kesempatan itu pun tidak disia-siakan. Johan langsung membuktikan dirinya dalam mengolah si kulit bundar sehingga dirinya mulai diperhitungkan bersama Laskar Mataram di Divisi Kedua Indonesian Super League (ISL) pada saat itu.
Kendati demikian, masa keemasan Johan di dunia si kulit bundar tak terlalu panjang.Tahun 2017, Johan memutuskan pensiun dari sepakbola di usianya yang ke 27 tahun.
Artinya, sebagai pesepakbola, Johan terjun di dunia sepakbola professional sekitar 9 tahun.
Pemain yang berperan sebagai gelandang serang di PSIM itu identik menggunakan nomor punggung 9 di jersey yang digunakannya.
Selama karirnya, Johan tercatat sebanyak tujuh musim memperkuat tim kebanggaan Brajamusti dan The Maident.
Selain itu, Johan juga pernah memperkuat PSS Sleman, dan klub Timor Leste bernama Kablaki FC yang saat ini berkompetisi di Liga Futebol Amadora.
Sebelum bergabung ke tim PSIM, Johan mengaku bahwa dirinya adalah seorang karyawan BUMN tepatnya bekerja di PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Johan pun menjelaskan bahwa dirinya harus memilih untuk satu di antara dua pekerjaan yang sudah jelas berada di depan matanya.
Karena tekad yang kuat tersebut, Johan akhirnya memutuskan hengkang dan bergabung bersama PSIM Yogyakarta.