Singgung Klub Malaysia, Pelatih Persib: Indonesia Punya Banyak Talenta Sepakbola, Tapi. . . .
Robert Rene Alberts, mengemukakan pendapatnya terkait sistem pembinaan sepak bola di Indonesia.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Robert mengatakan, sejak usia 11 atau 12 tahun, setidaknya dia sudah bermain dalam 30 sampai 40 pertandingan di kompetisi junior.
Menurut Robert, hal tersebut yang membuat para pemain muda di Eropa sudah kompetitif walau belum masuk ke level senior.
Tentunya, pengalaman tersebut juga akan sangat memengaruhi kualitas (teknik dan mental) mereka ketika naik ke tingkat senior.
"Sedangkan untuk pemain di Indonesia dan Asia Tenggara, kami tidak punya sistem seperti itu."
"Jadi ketika sudah mencapai usia 16 hingga 18, secara latihan memang tidak berbeda, tapi mereka kurang pengalaman dalam berkompetisi, dan kurang kedewasaan dalam mengatasi tekanan," tutur Robert.
Meski begitu, ada berbagai cara yang bisa dilakukan Indonesia atau negara-negara Asia Tenggara lain untuk memajukan pembinaan pesepak bolanya meski belum memiliki kompetisi yang reguler atau fasilitas infrastruktur sepak bola yang memadai.
Cara terbaik adalah dengan mengirimkan tim-tim junior Indonesia untuk lebih sering mengikuti turnamen di luar negeri.
Hal tersebut akan membuat para pemain semakin kompetitif dan siap bersaing ketika naik ke level senior.
Sejak dulu, Indonesia memang memiliki program untuk mengirimkan para pemain-pemain muda bertalenta untuk berlatih dan mengikuti turnamen di luar negeri.
Dari mulai program PSSI Primavera hingga Garuda Select, pemain-pemain muda berbakat Indonesia sudah diasah kemampuannya di negeri orang.
Menurut Robert, hal tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Sebab, bila konsisten menerapkan program tersebut, bukan hal yang mustahil bagi Indonesia memiliki pesepak bola muda yang kompetitif.
"Contoh bagus adalah tim junior Indonesia pergi ke beberapa negara di dunia dan mengikuti turnamen."
"Untuk berkompetisi dengan tim yang kelompok usianya sama," ungkap Robert, menyarankan.
"Bisa dilihat Indonesia kerap mendapatkan hasil yang bagus. Memang tidak bisa dilupakan kemampuan dasar pemain menjadi yang utama, tetapi elemen kompetitif juga penting," imbuh dia.
Robert berharap, suatu saat Indonesia akan menjadi negara dengan sepak bola yang maju.
Akan tetapi, untuk mencapai itu semua dibutuhkan proses yang panjang dan tekad yang besar.
Robert tidak terlalu menyarankan Indonesia untuk meniru program atau kurikulum pembinaan sepak bola dari klub-klub besar di Eropa.
Pasalnya, hal tersebut dinilainya kurang efektif lantaran perbedaan lingkungan dan budaya.
"Pesan yang terpenting dari apa yang saya katakan adalah kami tidak bisa hanya meniru misal apa yang dilakukan di Ajax. Karena ada perbedaan budaya, perbedaan lingkungan dan iklim," kata Robert.
"Tetapi, kami harus menyesuaikan gagasan yang bagus dengan kemungkinan yang terjadi di Indonesia berdasarkan budaya, lingkungan dan kemungkinan lainnya," tukas dia.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pandangan Robert Rene Alberts soal Pembinaan Sepak Bola Indonesia",
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.