Singgung Klub Malaysia, Pelatih Persib: Indonesia Punya Banyak Talenta Sepakbola, Tapi. . . .
Robert Rene Alberts, mengemukakan pendapatnya terkait sistem pembinaan sepak bola di Indonesia.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Negara-negara maju sudah menerapkan sepakbola modern, teknologi baru digunakan dan fasilitas baru juga dikembangkan," sambung dia.
"Bisa dilihat sekarang fasilitas latihannya sangat bagus dan mayoritas negara Asia khususnya Asia Tenggara masih tertinggal dari mereka," imbuh pelatih 65 tahun itu.
Infrastruktur seperti stadion dan lapangan latihan merupakan hal mendasar dalam pengembangan prestasi sepak bola, terutama pembinaan pemain muda.
Menurut Robert, pesepak bola berkualitas lahir dari program pembinaan yang bagus, dan dukungan fasilitas infrastruktur yang baik.
Pasalnya, diperlukan infrastruktur latihan yang representatif dalam meningkatkan kemampuan pesepak bola.
Menurut Robert, pesepak bola akan kesulitan untuk meningkatkan teknik olah bolanya bila berlatih di lapangan yang buruk.
"Pembinaan pemain muda juga dikembalikan pada banyaknya talenta yang bisa dilahirkan, bukan hanya di Indonesia tapi di setiap negara Asia Tenggara."
"Pemain dengan teknik bagus lahir dari fasilitas latihan yang bagus," tutur Robert.
"Mereka harus belajar menguasai bola sejak usia sangat muda tapi di lapangan yang jelek, sulit bagi mereka meningkatkan kualitas teknik olah bolanya," ucap dia.
Johor Darul Takzim (JDT) adalah contoh
Di Indonesia, PSSI dan sejumlah kesebelasan mulai membuat perencanaan untuk mengembangkan kualitas pembinaan pesepak bola muda dan infrastruktur sepak bola yang memadai.
Dalam prosesnya, mantan pelatih PSM Makassar pun menyarankan kepada klub Indonesia agar tak malu untuk mencontoh apa yang dilakukan klub lain.
Pasalnya, banyak klub di Asia Tenggara bisa dijadikan contoh dalam peningkatan infrastruktur dan pembinaan di sepak bola dalam level klub.
Salah satunya, Johor Darul Takzim (JDT), klub Liga Malaysia.