Kisah Kegagalan Cesc Fabregas Bebaju Perang AC Milan, Sempat Didekati Ancelotti & Napoli
Cesc Fabregas menceritakan bagaimana dirinya didekati oleh dua klub elite Liga Italia, Napoli dan AC Milan sebelum memutuskan ke AS Monaco.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Mantan gelandang Barcelona yang musim ini membela AS Monaco, Cesc Fabregas menceritakan bagaimana dirinya nyaris saja berseragam AC Milan.
Cesc Fabregas setelah terdepak dari Chelsea pada awal musim 2018/2019, banyak tawaran yang menghampiri dirinya.
Termasuk AC Milan, Napoli dan dan AS Monaco sama-sama berkeinginan untuk menggunakan jasanya.
Baca juga: Godaan Gelar Liga Italia Kian Nyata, AC Milan Tak Boleh Terlena demi Tiket Liga Champions
Baca juga: Daya Tarik Franck Kessie di AC Milan Bikin Antonio Conte Halalkan Segala Cara demi Memboyongnya
Kemampuan yang dimiliki Fabregas saat itu dinilai masih sanggup untuk bersaing di level tertinggi liga-liga di Eropa.
Meskipun memiliki musim yang tergolong kurang menjanjikan bersama Chelsea, namun jebolan La Masia itu masih gelandang serang tangguh yang dimiliki oleh daratan Eropa.
Fabregas pun mengakui bagaimana dirinya didekati oleh dua klub elite Liga Italia, AC Milan dan Napoli.
Saat itu AC Milan diwakili oleh Ivan Gazidis dan Napoli ada nama Carlo Ancelotti.
Bagi Fabregas, nama Ivan Gazidis bukan sosok yang asing.
Mengingat pria yang kini menjabat sebagai CEO Rossoneri itu pernah mengisi posisi yang serupa di Arsenal.
"Saya dekat dengan tiga atau empat klub sebelum saya bergabung dengan Monaco," kisah Fabregas, dikutip dari laman Dailymail.
"Ada banyak diskusi yang saya jalin, termasuk berbicara dengan (Carlo) Ancelotti ketika dia di Napoli dan dengan (Ivan) Gazidis ketika dia pindah ke AC Milan."
"Saya nyaris saja berlabuh ke AC Milan saat itu di man akhirnya pilihan yang saya jatuhkan ialah AS Monaco," beber pemain yang pernah membela Timnas Spanyol itu.
Di sisi lain, Fabregas juga buka suara soal perbedaan sosok dua mantan pelatihnya, Pep Guardiola dan Jose Mourinho.
Menurutnya, dua pelatihnya itu punya karakter taktik yang berbeda dan memiliki kekhasan tersendiri dalam membesut sebuah tim.