Kiat Kebangkitan Juventus, Sulap Pesakitan Dybala, Transformasi Posisi Chiesa & Tiru Tuah AC Milan
Secepatnya Juventus harus bangkit, langkah-langkah klinis guna menemukan mujarab untuk tampil konsisten kudu mereka temukan.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
Lalu, dalam urusan menyerang, kemampuan Chiesa sudah sangat jelas dapat diandalkan.
kelebihan utama Federico Chiesa terletak pada teknik individunya, Ia memiliki kemampuan dribel yang bagus saat melakukan penetrasi ke area pertahanan lawan.
Ia memberi daya ledak dalam penyerangan Bianconeri, pemain berusia 23 tahun tersebut beberapa kali mengancam pertahanan Chelsea lewat kecepatan dan kemampuan dribelnya.
Chiesa tidak ragu menerobos atau meliuk-liukkan badan meski ada dua pemain lawan mengadang, jika lawan merebut bola yang berada di kakinya, ia tak segan mengejar untuk mendapatkannya kembali.
Ia juga punya kelebihan dalam penempatan posisi ketika tim dalam fase transisi bertahan dan fase menyerang, itu sangat berguna untuk Juventus guna melakukan serangan balik.
Dengan usianya sekarang, Chiesa juga sudah mampu memerlihatkan ketenangan dalam menjalani partai penting untuk Bianconeri.
Dengan apa yang sudah ditunjukkan oleh Chiesa di laga melawan Chelsea, harusnya Allegri lebih sering menaruh Chiesa sebagai penyerang tengah.
Tiru langkah cerdas AC Milan
Penyerang gaek biasanya sudah dianggap habis, lalu tak ada klub mentereng yang berminat untuk membawa mereka ke dalam tim.
Namun tidak untuk AC Milan, Rossoneri memboyong Zlatan Ibrahimovic dari LA Galaxy di usia yang begitu uzur, 38 tahun.
Impact-nya? mempesona!
Zlatan Ibrahimovic adalah sosok protagonis yang mampu membawa AC Milan tampil bertaji di dua musim terakhir.
Pada musim lalu, (2020/2021), AC Milan dibawanya kembali berkompetisi di Liga Champions setelah tujuh tahun lamanya.
Rossoneri mampu tampil bertaji dengan finish di peringkat kedua dibawah Inter Milan yang meraih Scudetto.
Zlatan yang saat itu berusia 39 tahun, memberi kontribusi 15 gol dan 2 assist dari 19 pertandingan bersama tim yang bermarkas di San Siro tersebut.
Usia Zlatan sekarang memang tidak lagi muda. Tapi, dengan rekam jejaknya sebagai bomber veteran yang tajam, tak berlebihan jika Rossoneri menaruh harapan kepada striker bernomor punggung 11 tesebut.
Dan benar saja, kontribusinya di musim selanjutnya tak mati, di usia yang menginjak 40 tahun, Zlatan tetap saja bertaji.
Musim ini AC Milan dibawanya bertengger di posisi kedua klasemen Liga Italia dengan koleksi 32 poin, Rossoneri hanya kalah agresifitas gol dari sang pemuncak, Napoli.
Sumbangan 3 gol dan 2 assist sukses ia sumbangkan untuk AC Milan dalam 8 pertandingan.
Di usianya yang begitu uzur, atribusi Zlatan Ibrahimovic lebih mengandalkan kecerdikannya dalam mencari posisi serta finishingnya yang fantastis.
Ia tak banyak berlari, apalagi merebut bola. Tugasnya fokus mencetak gol, rutinitasnya dari musim ke musim.
Langkah cerdas seperti AC Milan bisa ditiru Juventus untuk mempertajam daya gedor sekaligus menghadirkan sosok pemimpin di lini depan.
Hadirnya sosok penyerang gaek dapat menularkan mentalitas bertanding mereka untuk menjadi teladan dan motivasi bagi pemain yang lebih muda.
Gol dan assist Zlatan banyak hadir jika melawan tim-tim papan bawah. Lalu jika melawan tim papan atas, keberadaan Zlatan terbukti bisa mendongkrak moral tim.
Zlatan bisa menjadi teladan bagaimana mengatasi tekanan, seperti yang ia lakukan saat AC milan sukses mencuri tiga angka di kandang AS Roma musim ini.
(Tribunnews.com/Deivor)