Menyingkirkan Ronaldo & Messi, Calon Pemain Terbaik Dunia adalah Pemain Chelsea & Real Madrid Ini
Dari raihan trofi hingga level penampilan Jorginho dan Benzema sangat mencolok di tahun ini.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
Dilansir Squawka selama Piala Eropa 2020, Jorginho mencatatkan intersep paling banyak selama turnamen (25).
Jumlah passing sebanyak 519 dan daya jelajah sebanyak 86.6 km juga merupakan catatan paling banyak dalam turnamen 4 tahunan tersebut.
Catatan memukau Jorginho sepanjang gelaran Piala Eropa 2020 membuat namanya masuk ke dalam UEFA Team of The Tournament bersama nama-nama mentereng seperti Federico Chiesa, Romelu Lukaku hingga Raheem Sterling.
Meskipun tak memiliki kecepatan dan kemampuan dribel yang mumpuni, Jorginho punya bekal kemampuan melepas umpan akurat, serta visi bermainnya yang luar biasa.
Per pertandingan, Jorginho melepaskan 7,18 umpan ke sepertiga akhir pertahanan lawan.
Angka tersebut lebih baik dibanding gelandang lainnya di Piala Eropa, seperti Pierre-Emile Hojbjerg (6,3) dan N’Golo Kante (5,58).
“Aku suka memegang bola dan menganalisis permainan. Aku tumbuh di mana Andrea Pirlo dan Xavi berada dalam permainan terbaik. Aku menyaksikan bagaimana mereka beraksi dan mempelajarinya,” kata Jorginho dilansir Skysport.
Gaya permainan Jorginho yang elegan memang meningatkan kita kepada seorang Andrea Pirlo, kemampuan passing dan visi bermainnya begitu mendominasi di lini tengah.
Jorginho tidak hanya punya peran untuk mendistribusikan bola. Sebagai gelandang bertahan, ia punya tugas untuk membantu pemain belakang memutus serangan lawan.
Jorginho selalu menjadi pemain yang berdiri paling belakang ketika Italia mendapatkan tendangan bebas ataupun corner, dua bek Italia yang agresif berada di depan untuk membantu lini serang.
Sepanjang perhelatan Piala Eropa 2020, ia mencatatkan 25 intersep dan 1 tekel sukses per pertandingan.
Catatan tersebut lebih tinggi dari pada dua pemain belakang utama Italia, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini.
Jorginho juga menjadi pemain tak tergantikan dengan jumlah menit bermain paling tinggi di antara rekan setimnya (704 menit).
Pemain yang memiliki darah Brasil tersebut menjadi tumpuan lini tengah Roberto Mancini, mengatur tempo, menyusun serangan sekaligus pemain yang paling sibuk dalam urusan bertahan.