Proyek European Super League Menggema Lagi, Bos Juventus Dicap Lebih Buruk dari Putin
Presiden Laliga, Javier Tebas mengklaim bos Juventus, Andrea Agnelli lebih buruk dari Vladimir Putin karena kebiasannya yang sering berbohong.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Presiden LaLiga, Javier Tebas merasa muak melihat bagaimana ulah bos Juventus, Andrea Agnelli.
Andrea Agnelli kembali 'berulah' dengan mencetuskan ide untuk menghidupkan kembali proyek European Super League (ESL) yang sempat ditentang oleh dunia sepak bola.
Lantaran idenya tersebut, Agneli dicap lebih buruk dari presiden Rusia, Vladimir Putin. Orang nomor satu di Negeri Beruang Merah itu sedang melancarkan invasi ke Ukraina.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Akhir Pekan: Inter vs Salernitana, Juventus vs Spezia dan Napoli vs AC Milan
Baca juga: Seruan Kekecewaan Kelompok Suporter Juventus - Si Nyonya Tua Rapuh Gegara Agnelli & Antek-anteknya
Sebagaimana yang diketahui, Agnelli menjadi satu di antara inisiator tercetusnya proyek European Super League.
Kompetisi tersebut tak bisa berlangsung lantaran musim lalu mendapatkan banyak ditentang
Ditinjau ke belakang, ada 12 klub yang menggagas proyek ambisius akan hadirnya kompetisi baru itu.
Di antaranya adalah Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur, Juventus, AC Milan, Inter Milan, Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid.
Andrea Agnelli jelas menjadi sasaran pertama terkait gagasan untuk merealisasikan idenya tersebut.
Jika sebelumnya presiden UEFA, Aleksander Caferin menyebut Agnelli bak Putin-nya jagad sepak bola, komentar lebih pedas dilontarkan Javier Tebas.
Tebas mengklaim bahwa orang nomor satu di Bianconeri itu lebih buruk dari Putin lantaran kebiasannya yang gemar berbohong.
"Penggagas (Agnelli) kembali menghidupkan ide digelarnya European Super League merupakan sebuah kebohongan, dan itu lebih buruk dari Putin," buka Javier Tebas, dikutip dari laman Sportmediaset.
"Kami secara terang-terangan menentang ide itu kembali menggema, bahkan saya kir seluruh kompetisi domestik melakukan hal yang sama."
Tebas tak senang atas ulah yang dilakukan Agnelli untuk merealisasikan ESL yang dianggap oleh dunia sepak bola sudah tamat pada musim lalu.
"Saya merasa terhina melihat bagaimana mereka memiliki ide untuk menghidupkan kembali proyek ini," tambahnya menjelaskan.
Sebelumnya, European Super League tak bisa diwujudkan lantaran melanggar apa yang menjadi pakem sebuah kompetisi.
Menurut presiden LaLiga, keberadaan ESL sangat mengganggu dan bisa merusak tatanan sebuah kompetisi yang sudah memiliki regulasi dari FIFA maupun UEFA.
"Ide ini gila, mereka menciptakan kerusakan di dunia sepak bola dengan kompetisi yang tak jelas aturannya," tambah Tebas.
Proyek ESL memang membuat gaduh jagad sepak bola Eropa di tahun lalu.
Beberapa klub yang berstatus "pendiri" juga mengundurkan diri dari keterlibatan mereka dalam proyek Liga Super Eropa.
Sampai saat ini, hanya ada tiga klub yang diketahui masih bertahan di proyek ESL, yakni Barcelona, Real Madrid, dan Juventus.
Seiring berjalannya waktu, nama ESL mulai tenggelam, tetapi bukan berarti mati.
(Tribunnews.com/Giri)