Bayern Munchen dan Stigma Liga Petani: Superioritas yang Dimodali Supporter & Latar Belakang Yahudi
Bayern yang sudah merasakan perjuangan dari titik terendah sampai sebesar sekarang membuat mereka sangat berambisi untuk mempertahankannya.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
Meski demikian, Bayern tidak langsung merajai kompetisi di Jerman.
Bisa dibilang, mereka hanya jago kandang dengan cuma mampu meraih gelar di sekitar kota Munchen saja.
Ketika bermain dalam ajang besar di Jerman, kiprah mereka tak begitu hebat.
Selama 32 tahun, Die Roten sempat mengalami era yang berat.
Ketika perang Dunia ke II, mereka dimusuhi karena kentalnya latar belakang Yahudi di klub.
Pemilik Bayern pada saat itu, Kurt Landauer akhirnya memilih untuk merekonstruksi klub, sekaligus memperbaiki akademi Die Roten.
Perjalanan Bayern pun tidak mulus, banyak batu terjal yang mengganjal perjalanan mereka menaungi kerasnya Liga Jerman.
Bayern bahkan sempat tidak masuk daftar klub musim perdana Bundesliga (1963/1964) karena DFB lebih memilih tim sekota Die Roten, 1860 Munchen.
Karena turun ke kasta kedua, memaksa Bayern harus menjual para pemain bintang mereka dan mengandalkan pemain-pemain akademi yang awalnya dikembangkan oleh Kurt Landauer.
Namun, hal itu malah menjadi anugerah bagi Die Roten.
Harta karun berlimpah berhasil mereka bina dari tim akademi, sebut saja Franz Beckenbauer, Sepp Maier dan Gerd Muller adalah para pemain yang tampil mentereng untuk membawa Bayern promosi ke Bundesliga.
Baca juga: Steven Gerrard Ikut Berperan Tentukan Siapa yang Akan Jadi Juara Liga Primer, Villa Hadapi Liverpool
Sejak promosi ke Bundesliga musim 1964/1965, Bayern dengan skuat akademi mereka sukses tampil konsisten dan mampu bertengger di papan atas klasemen serta bermain di Liga Champions.
Di tahun 1970, Prestasi tiga gelar juara Liga champions pun berhasil mereka dapatkan secara beruntun.
Hal itu membuat nama Bayern Munchen melejit dan didengar seluruh Dunia.