Tom Cruise, Top Gun dan Mental Kesebelasan Indonesia
Pelatih bertangan besi ini lebih memilih pemain-pemain muda yang mentalitasnya masih dapat ditempa dan dibentuk
Editor: cecep burdansyah
Oleh Wina Armada Sukardi
Analis Sepak Bola
MANAKALA kesebelasan Indonesia sedang berjuang dan dan lolos dalam penyisihan Piala Asia 2023 di Kuwait, film Top Gun Maverick yang dibintangi Tom Cruise mulai diputar di Indonesia.
Begitu pula ketika kesebelasan Indonesia kiwari sedang melaksanakan training centre (TC) untuk mengikuti kejuaraan U-19, film action yang disutradarai oleh Joseph Kosinski tersebut juga masih tayang.
Jika kesebelasan Indonesia dikaitkan dengan film Top Gun Maverick, tentu ada hubungannya. Antara keduanya secara tidak langsung terdapat “benang merah” yang dapat kita petik sebagai pelajaran.
Film Top Gun Maverick yang skenarionya ditulis oleh Peter Craig dan Justin Marks, menceritakan Kapten Maverick, seorang pilot andal, diminta untuk melatih detasemen skuardon khusus Angkatan Laut ( AL) Amerika lulusan Top Gun untuk sebuah misi khusus.
Top Gun adalah sebutan untuk kumpulan para pilot lulusan terbaik milik AL Amerika. Kapten Maverick diminta melaksanakan misi khusus yang belum pernah terjadi sebelumnya bersama para pilot lulusan Top Gun.
Saat melatih, Maverick mendapatkan kenyataan, misi tersebut tidak mungkin tercapai, jika para lulusan Top Gun tersebut tidak segera memperbaiki mentalitas dan kekompakakan tim.
Berdasarkan perhitungan Maverick, misi itu hanya mungkin berhasil jika para pilot dapat mencapai sasaaran yang harus dihancurkan lewat tembakan dari peswat dalam waktu paling lama hanya dua menit. Jika lebih dari dua menit, pelakunya bakal celaka dan misi bakal pula gagal.
Persoalannya, waktu dua menit adalah batas waktu kemampuan terakhir yang dapat dicapai oleh pilot manapun juga. Untuk itu, dibutuhkan kemanpuan dan mengendalikan kecepatan pesawat yang luar biasa. Sedangkan para pilot Top Gun, kendati merupakan pilot terbaik, belum pernah ada yang mencapai batas itu.
Mereka pun awalnya pesimis dapat menembus batas waktu. Dan apabila ini dibiarkan terus, hampir pasti misi tak mungkin dapat dicapai.
“Kita harus sampai pada batas kemampuan akhir kita kalau mau berhasil,” kata Maverick kepada anak didiknya.
Mindset yang “pesimis” dan tidak pernah mau berkorban menderita mencapai batas kemampuan terakhir itulah yang coba dibongkar oleh Maverick agar misi yang diemban bersama timnya berhasil, di samping harus membangun kekompakan antara anggota tim. Tanpa kedua hal itu misi bakalan gagal.
Saat ini para pemain kesebelasan U-19 sedang digembleng oleh Shin Tae-yong. Seperti yang sudah-sudah, kali ini pun sang pelatih mengeluh, fisik pemain U-19 masih dalam kondisi kurang baik, sehingga perlu terus dibenahi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.