Tragedi Kanjuruhan Buat Penggawa Arema FC Syok, Pendampingan Psikologi Bakal Dilakukan
Usai terjadinya tragedi Kanjuruhan, skuad Arema FC akan mendapat pendampingan psikologi.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Usai terjadinya tragedi Kanjuruhan, skuad Arema FC akan mendapat pendampingan psikologi.
Pada saat terjadi tragedi Kanjuruhan, skuad Arema FC yang masih berada di Stadion sempat menampung para korban yang terkena gas air mata.
Di situ, striker Arema FC, Abel Camara bersaksi bahwa beberapa korban tragedi Kanjuruhan meninggal dalam pelukan para pemain.
Baca juga: KRONOLOGI Tragedi Kanjuruhan Versi Polisi, Termasuk saat Kiper Arema FC Adilson Maringa Diamankan
Manajer Arema FC, Ali Rifki setelah para petinggi selesai menangani keluarga korban, penggawa Singo Edan bakal dikumpulkan.
Dengan tujuan, memeriksa mental pemain yang menyaksikan sendiri para korban Kanjuruhan berjatuhan.
"Nanti setelah kami (manajemen Arema FC) menangani keluarga korban," kata Ali Rifki dilansir Bolasport.
"Kami akan mengumpulkan seluruh tim dan akan kami tanyakan satu per satu."
"Akan kami bantu apabila terjadi apa-apa dengan mental mereka," sambungnya
Ali Rifki sendiri telah berkomunikasi dengan tim Arema FC.
Sang manajer menjelaskan bahwa banyak pemain yang masih tertekan dengan tragedi Kanjuruhan.
Ada juga pemain yang turun langsung ke lapangan untuk membantu keluarga korban.
"Tim hari ini, kemarin, saya video call, beberapa tetap berusaha untuk menjaga kondisi, mental," kata Ali Rifki.
"Mereka juga tertekan dengan tragedi kemarin, banyak yang shock, tetapi ada juga yang selalu turun ke keluarga korban," tutup Ali Rifki.
Laga pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 yang menyajikan duel antara Arema FC vs Persebaya berakhir ricuh dan menewaskan ratusan nyawa.
Sekitar 3.000 Aremania masuk ke dalam lapangan Kanjuruhan karena tak terima tim kesayangan mereka kalah dalam laga bertajuk derbi Jatim itu.
Kericuhan tak dapat dihindarkan, tembakan gas air mata dari Polisi pun memperburuk keadaan.
Ribuan Aremania kocar-kacir menuju pintu keluar Stadion hingga menimbulkan aksi desak-desakan yang membuat ratusan nyawa melayang.
Banyak korban tragedi Kanjuruhan yang masih remaja hingga anak-anak.
Mereka datang ke stadion dengan wajah gembira namun tak dapat pulang kembali ke rumah karena sudah meregang nyawa.
(Tribunnews.com/Deivor)(Bolasport/Abdul Rohman)