Kenapa Bima Sakti Blunder Lupa Pentingnya Rotasi Pemain
Tidak menduga kekalahan Indonesia sedemikian besar, 1 - 5. Saya tak membayangkan Indonesia bakal “dicukur” dan “dihina habis” di kandang sendiri.
Editor: cecep burdansyah
Menjadi pertanyaan Bima Sakti melakukan blunder itu? Sebagai pelatih kawakan tidak diragukan lagi Bima Sakti faham betul soal ini.
Dua faktor penyebabnya, yakni faktor push atau faktor internal dan faktor pull atau dari luar.
Setelah dua kali Indoensia memperoleh hasil yang gilang gemilang, pemberitaan di luar sudah sedemikian gegap gempita. Tersebarlah kabar kesebelasan Indonesia kesebelasan yang hebat, sangat produktif. Pemain-pemainnya juga luar biasa dan menempati status sebagai tops skor. Pelatih Bima Sakti tentu saja disebut-sebut sebagai pelatih bertangan dingin yang memiliki kemampuan strategi jitu.
“Kimilau” dunia luar rupanya langsung atau tidak langsung mempengaruhi Bima Sakti. Dia ingin tampil perfectionis dalam setiap pertandingan dan kemudian menuai pujian kembali. Kemenangan yang sudah menjadi “trade mark” kesebelasan Indonesia dalam tiga pertandingan sebelumnya. Bima Sakti ingin mencapai klimak.
Di sinilah blunder ini terjadi. Di sinilah bahaya itu mengintip. Di sinilah Bima Sakti melakukan blunder.
Sebenarnya lawan Malaysia, Indonesia cukup seri saja sudah lolos. Tidak perlu ngotot untuk menang. Dengan seri kita sudah memenangkan pertempuran.
Kalaupun menang juga itu bonus.
Kadang banyak dibalut puja puji harapan setinggi langit, Bima Sakti memaksakan diri untuk menggapai hasil sempurna. Menangkan semua pertandingan. Dia tak lagi memperhatikan posisi stamina anak asuhnya. Dia langsung menerapkan strategi ofensif, strategi menyerang penuh. Tak ada kamus seri buat Bima Sakti. Maunya sapu bersih menang semua.
Bima Sakti menjadi lalai, strategi menyerang penuh membuat lini pertahanan kita terbuka lebar. Ada lobang besar di pertahanan kesebelasan Indonesia. Lobang itu diobrak-abrik dengan mudah oleh Malaysia. Hanya dengan sentuhan dua tiga pemain saja, mereka membegal Indonesia. Rata-rata dalam tiap enam menit gawang Indonesia mereka bobol.
Setelah itu Bima Sakti bingung. Segala upaya dan percobaan dilakukannya, namun semua itu terlambat. Pertahanan Malaysia sudah lebih dahulu kukuh. Indoensia cuma dapat membuat gol balasan di penghujung pertandingan. Indoensia pun tersisih dari kualifikasi Piala Asia U17.
Bukankah mestinya Bima Sakti menahan nafsu untuk menenangkan semua pertandingan, tapi lebih mencari kelolosan? Kemilau pemberitaan di luar mungkin menyilaukan Bima Sakti untuk menuntaskan semua pertandingan dengan kemenangan.Apalagi Malaysia cuma seri dengan Guam.
Coba kalau saja Bima Sakti dapat menahan diri dan tidak bernafsu melibas Malayasia, boleh jadi Bima Sakti yang justru menerapkan strategi serangan balik, bukan Malaysia.
Faktor dua jelas faktor “pull” yaitu kesebelasan Malaysia tampil prima. Dari lima peluang awal semuanya dapat mereka konsesikan menjadi gol.
Penampilan Malaysia yang mencapai puncak di luar dugaan Bima Sakti. Strategi Malaysia pun menjebak Indonesia. Sebagai kesebelasan yang harus menang mungkin Bima Sakti menilai Malaysia akan menerapkan strategi menyerang. Padahal Malaysia menunggu Indonesia menyerang atau membuat kesalahan dan secepat kilat melakukan serangan balik atas balasan. Strategi ini tokcer. Di babak pertama Indonesia babak belur.
Tetap Pelatih Bagus
Kendati Bima Sakti gagal total mengantarkan Indonesia ke Piala Asia U17, Bima Sakti tetap seorang pelatih yang bagus. Penanganannya mengatur pemain depan Indonesia memperlihatkan hal itu. Kombinasi seragan sayap kiri kanan dan umpan-umpan terobosan, menunjukan Bima Sakti seorang pelatih yang jeli.
Produktifitas gol yang dihasilkan sebelum berhadapan dengan Malayasia juga menjadi bukti nyata Bima Sakti pelatih yang jeli. Dia dapat mengarahkan anak didiknya sesuai skema yang dikehendaki