Strategi Berkebalikan Arsenal vs Chelsea di Bursa Transfer Musim Dingin Liga Inggris
Arsenal dan Chelsea memiliki perbedaan strategi dalam mengarungi jendela transfer musim dingin ini. The Gunners lebih berhati-hati.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Dwi Setiawan
Kemudian kabarnya Todd Boelhy belum puas untuk mencari pemain baru.
Saat ini mereka tengah bernegosiasi dengan Brighton and Hove Albion soal harga Moises Caicedo.
Pembicaraan ini akan alot sebab The Seagulls tak ingin kehilangan pemain pentingnya di Januari ini dan apabila dilepas harganya akan cukup mahal.
Dengan berani mengucurkan dana yang tak sedikit, tentunya risiko yang akan dihadapi oleh Chelsea juga tak kalah besar.
Apalagi pemain yang mereka datangkan masih muda sehingga bisa jadi tak semuanya bisa langsung menunjukkan penampilan gemilang.
Para pemain tentu butuh waktu untuk beradaptasi guna mencapai performa puncak.
"Sepertinya pemain yang sangat, sangat mahal," sambung Frank.
"Dengan CV-nya, itu uang yang banyak, tapi mungkin itu akan bermanfaat dalam waktu dua tahun [mendatang]," tutur pelatih Brentford itu.
Berbeda dengan Chelsea, Arsenal tak ingin melakukan perang harga maupun membeli pemain di luar batas valuasi mereka.
Usai gagal mendapatkan Mudryk, The Gunners bergerak cepat dengan menjalankan rencana B.
Dua pemain didatangkan dengan harga yang tak terlalu mahal dan sesuai dengan kebutuhan tim untuk mengarungi sisa musim ini.
Leandro Trossard mendarat ke Stadion Emirates dengan mahar 21 juta pounds (Rp394 miliar) plus bonus 6 juta pounds (Rp112 miliar).
Kemudian Jakub Kiwior didatangkan dari Spezia dengan harga 20 juta euro (Rp326 miliar).
Trossard dapat menjadi opsi bagi lini depan Arsenal yang saat ini sedang tipis akibat cederanya Gabriel Jesus dan Reiss Nelson.
Sementara Kiwior yang bisa bermain sebagai bek dan gelandang bertahan dapat menjadi opsi untuk mengisi posisi Gabriel Magalhaes.
Pada akhirnya hanya waktu yang bisa menjawab strategi siapakah yang lebih tepat untuk meraih kejayaan di tanah Inggris.
(Tribunnews.com/Deni)