Selain Leicester, Semifinalis Liga Champions, Owen hingga Southgate Pernah Rasakan Degradasi
Tim yang punya catatan terbaik dan catatan kelam harus degradasi dari Liga Inggris selain Leicester, ada Leeds United dan Newcastle.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Promosi musim 2014/2015, Leicester City berhasil keluar sebagai jawara English Premier League (EPL) atau kaste tertinggi sepak bola Inggris di musim kedua 2015/2016 yang saat itu dilatih Claudio Ranieri.
Setelah itu, capaian Leicester finis di peringkat lima beruntun di bawah arahan Brendan Rodgers, juara Piala FA (2020/2021) dan Community Shield (2021/2022) hingga semifinalis Liga Konfederasi Eropa pada edisi pertama tahun 2022.
Siapa sangka Leicester City akan degradasi setelah itu, dengan segala kekurangan klub, manajemen, hingga kondisi finansial yang disinyalir jadi satu di antara penyebab tim berjuluk The Foxes itu gagal bersaing di Liga Inggris.
Apakah Leicester bisa dikatakan sebagai tim terbaik yang mengalami degradasi ke Championship berdasarkan data di atas?
Tak hanya Leicester, ada beberapa kontestan Liga Inggris dengan capaian terbaik yang akhirnya juga merasakan degradasi, semifinalis Liga Champions 2000/2001, juru taktik Timnas Inggris saat ini, hingga The Magpies yang kini berada di zona Liga Champions.
Baca juga: Penyebab Leicester Degradasi, Permintaan Rodgers yang tak Terkabul hingga Kepergian Schmeichel
Crystal Palace 1992/1993
Melansir Goal Internasional, tidak ada tim yang pernah mengumpulkan poil lebih bayak di Liga Inggris daripada Crystal Palace yang pada musim 1992/1993 mengalami degradasi.
The Eagles ketika itu mengoleksi 49 poin dari 42 pertandingan Liga Inggris, sama dengan jumlah poin Oldham Athletic tetapi kalah jumlah gol.
Pada pertengahan musim, Crystal Palace berada di papan tengah klasemen Liga Inggris.
Tapi setelah itu, The Eagles kehilangan sang striker andalan Mark Bright ke Sheffield Wednesday yang membuat keran gol tim menjadi goyak.
Paul Williams yang ketika itu diplot menjadi pengganti Bright tak cukup mampu menunjukkan penampilan terbaiknya.
Skuad Crystal Palace ketika itu diperkuat oleh Chris Coleman yang pernah jadi pelatih Wales, lalu Nigel Martyn, dan yang paling menarik adalah Gareth Southgate, pemain yang ketika itu mengenakan ban kapten di lengannya.
Seperti diketahui, Gareth Southagte kini bertugas sebagai pelatih timnas Inggris.
Leeds United 2003/2004
Leeds United mengesankan di akhir tahun 1990an, finis di peringkat 4 klasemen untuk menjalani play-off Liga Champions.
Memasuki musim 2000/2001, Leeds United yang diarsiteki David O'Leary menghabiskan banyk uang untuk mendapatkan pemain yang mereka inginkan.
Gelandang Prancis, Olivier Dacourt didatangkan sebagai pemain termahal saat itu, lalu striker Celtic Mark Viduka yang ternyata ampuh hingga jadi top skor klub di akhir musim, hingga bek Dominic Matteo dari Liverpool.
Di Liga Champions, Leeds United tergabung dengan klub elit Eropa, Barcelona, AC Milan, dan Besiktas.
Laga pertama, Leeds United merasakan kekalahan telak dari Barcelona dengan skor 4-0 di Camp Nou.
Tapi setelah itu mereka berhasil menang dari AC Milan hingga tak pernah merasakan kekalahan sampai akhir laga penyisihan grup.
Setelah itu, Leeds United melangkah ke babak grup kedua (kini 16 besar) Liga Champions mendampingi AC Milan yang menjadi juara grup ketika itu.
Leeds United tergabung dengan Real Madrid, Lazio, dan Anderlecht. Lagi-lagi, Mark Viduka cs keluar sebagai runner-up grup dan berhak tampil di babak perempat final
The Whites bertemu Deportivo La Coruna, menang 3-0 di laga kandang dan kalah 0-2 saat tandang sehingga lolos ke semifinal dengan keunggulan agregat gol.
Di babak semifinal, lagi-lagi lawan yang mereka hadapi wakil Spanyol, Valencia. Leeds United tak mampu berbuat banyak karena kalah dengan agregat 0-3.
Tiga tahun setelah mencapai semifinal Liga Champions, Leeds United menelan hasil pilu dengan lapang dada turun ke divisi Championship bersama Leicester City dan Wolves.
Sejak awal tahun 2000-an, Leeds United punya hutang yang sangat besar, mereka harus melepas aset terbaik mereka, Rio Ferdinand, Robbie Keane, dan Jonathan Woodgate.
Hal itu yang membuat mereka kesulitan bersaing di Liga Inggris dan hanya mampu mengumpulkan 33 poin selama musim 2003/2004.
Newcastle 2008/2009
Era Mike Ashley adalah waktu yang benar-benar suram bagi siapa pun yang terlibat dengan Newcastle, menurut Goal Internasional.
Legenda klub dan manajer, Kevin Keegan mengundurkan diri di awal musim, dibuat frustasi oleh Ashley and Co yang dijuluki penggemar 'Cocney Mafia' karena campur tangan mereka dalam strategi transfer pemain The Magpies.
Newcastle menjalani musim sulit 2008/2009 dengan enam pelatih berbeda, termasuk Alan Shearer legenda klub yang angkat kaki sebelum kompetisi berakhir.
Kekacauan memang terjadi pada internal dan dorongan dari luar terhadap manajemen, tetapi yang perlu diingat ketika itu Newcastle punya pemain berbakat.
Michael Owen, Damien Duff, Nicky Butt, Kevin Nolan, Andy Carroll, Obafemi Martins, Alan Smith, hingga Sebastian Bassong.
Newcastle finis di urutan 17 klasemen Liga Inggris, di atas Middlesbrough dan West Bromwich.
Masih banyak lagi, West Ham (2002/2003), Blacburn Rovers (1998/1999), Middlesbrough (1996/1997), hingga QPR (2012/2013 yang punya catatan baik saat harus menerima kenyataan degradasi ke divisi Championships.
(Tribunnews.com/Sina)