Bayer Leverkusen vs AC Milan: Tekad Xabi Ulangi Kisah Final Istanbul 2005 Lawan Rossoneri
Xabi Alonso mengenang momen saat menjadi juara Liga Champions bersama Liverpool setelah mengalahkan AC Milan pada 2005 silam.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Xabi Alonso mengenang momen saat menjadi juara Liga Champions bersama Liverpool setelah mengalahkan AC Milan pada 2005 silam.
Xabi Alonso akan memimpin Bayer Leverkusen menghadapi salah satu tim tersukses di Liga Champions, yakni AC Milan.
Duel Bayer Leverkusen vs AC Milan ini akan digelar di BayArena pada Rabu (2/10/2024) pukul 02.00 WIB.
AC Milan dengan tujuh gelar Liga Champions merupakan tim tersukses kedua setelah Real Madrid yang mengoleksi 14 trofi.
Terakhir kali AC Milan meraih juara yakni pada musim 2006/2007 setelah mengalahkan Liverpool 2-1 di Athena, Yunani.
Sebelum final itu, kedua tim pernah bertemu juga di final 2004/2005 di Istanbul. Kala itu Liverpool yang menjadi juara setelah menang melalui adu penalti.
The Reds sempat tertinggal 3-0 saat jeda babak pertama, namun kemudian bangkit dengan mencetak tiga gol dalam tempo 6 menit di awal babak kedua.
Baca juga: The Next Legend, Theo Hernandez Sejajar dengan Paolo Maldini Jadi Bek AC Milan Paling Produktif
Laga ini cukup berkesan bagi seorang Xabi Alonso. Xabi yang kini melatih Bayer Leverkusen mengatakan, ingatan saat mengalahkan Milan itu menjadi memori yang indah dikenangnya.
Setelah tak jadi pemain, Xabi kini berkesempatan untuk menghadapi AC Milan sebagai pelatih.
"Penting bagi karir saya," ujar Xabi dalam sesi konferensi match sebelum pertandingan, dikutip dari Football Italia.
"Setelah 20 tahun, kita masih membicarakan malam itu. Apa yang terjadi di Istanbul adalah kenangan indah. Dua tahun kemudian, kami kalah melawan Milan, tetapi kemenangan pada tahun 2005 itu luar biasa. Namun, itu terjadi 20 tahun yang lalu, dan sekarang kami harus fokus pada hari esok," kata dia.
Pelatih Bayer Leverkusen ini merasa terhormat bisa menghadapi AC Milan yang menurutnya punya sejarah besar di kompetisi elit Eropa.
"Milan adalah sejarah Liga Champions, saya selalu mengikuti mereka, sejak Sacchi dan Capello. Ada pemain-pemain hebat dan menghadapi mereka adalah suatu kehormatan bagi kami," kata dia.
Namun Xabi Alonso tak mau larut terus dalam kenangan masa lalu. Tantangan selanjutnya adalah mengalahkan Milan sebagai pelatih.