Presiden Erdogan Sebut 'Uber' sudah Tamat di Turki
Uber terlibat pertikaian dengan taksi-taksi lokal di Turki, baik di ruang pengadilan maupun secara fisik di jalanan.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Uber terlibat pertikaian dengan taksi-taksi lokal di Turki, baik di ruang pengadilan maupun secara fisik di jalanan.
Terakhir, sang presiden sendiri, Recep Tayyip Erdogan yang ikut silat lidah dengan mengatakan riwayat Uber sudah “tamat”.
Pendapat tersebut dikemukakan Erdogan ketika berbicara dalam sebuah acara makan malam Ramadhan di ibukota Istanbul, Jumat pekan lalu.
“Sesuatu yang disebut Uber ini muncul. Bisnis mereka sudah berakhir. Tak ada lagi,” ujar Erdogan.
“Kita punya sistem taksi sendiri. Eropa punya (Uber), tapi siapa peduli? Kita akan menentukan ini sendiri. Kementerian dalam negeri telah memberi perintah. Polisi akan menangani situasi ini dan melakukan apa yang perlu dilakukan,” imbuhnya.
Uber pertama kali masuk ke kota Istanbul, Turki pada 2014. Kota berpenduduk 17 juta orang tersebut memiliki sekitar 18.000 taksi lokal.
Baca: Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Kades di Gresik Ini Mengaku Jadi Korban
Semenjak itu selalu terjadi pertikaian antara taksi lokal dan Uber. Seperti di tempat-tempat lain, para pengusaha taksi lokal di Istanbul menuding Uber menyediakan jasa transportasi secara ilegal dan karena itu harus dilarang.
Sebagaimana dirangkum dari Reuters, Senin (4/6/2018), perkara antara Uber dan pengusaha taksi Turki sudah dibawa ke meja hijau sejak awal 2018.
Pekan ini, pengadilan akan menggelar sesi dengar pendapat di Istanbul. Uber mengatakan, sekitar 2.000 pengemudi taksi di Turki menggunakan aplikasinya untuk mencari penumpang.
Sementara, sebanyak 5.000 pengemudi bekerja untuk Uber XL, menyetir mobil van berukuran besar untuk keperluan transportasi banyak orang atau barang. Perusahaan ride hailing asal Amerika Serikat itu menolak berkomentar soal pernyataan Erdogan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erdogan: Riwayat Uber Sudah Tamat di Turki",