Innovation Challenge Untuk Mengatasi Kerugian Pascapanen Ikan Segar di Indonesia, Ini Pemenangnya
Pemenang kompetisi Innovation Challenge berhak mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp30 juta untuk pemenang utama
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Innovation Challenge - sebuah kompetisi tingkat nasional yang melombakan ide dan inovasi terbaik untuk mengurangi Post-Harvest Loss (PHL) atau kerugian pasca-panen ikan laut segar - telah menemukan 8 pemenangnya.
Mereka mewakili keempat kategori yang dilombakan yakni: 1) Transportasi dan distribusi, 2) Pengecer, 3) Sistem penyimpanan kecil, dan 4) Bahan alternatif pengganti es.
Setelah melewati proses seleksi yang ketat sejak November 2018, dewan juri telah memilih total delapan pemenang dari total 240 pendaftar yang berpartisipasi.
Juara utama diraih oleh NOES+, Prominator, Maslaha, dan Portable Cool Box. Sementara itu, gelar runner up diraih oleh Table Cooler, Pung Pung Ice dan Ice Gel Pampers, ALTIS 2, dan Sarana Display Pemasaran Ikan Segar.
Sebagai informasi, NOES+ menyediakan inovasi pengganti es menggunakan teknologi material PCMs (Phase Change Materials) yang memanfaatkan limbah kayu dan tebu untuk menjaga kualitas ikan.
Prominator menyediakan armada roda 3 dengan boks penyimpanan dingin dan panel surya sebagai solusi transportasi dan distribusi ikan bagi UMKM Indonesia.
Maslaha menyediakan pengganti es berbahan kimia ‘food grade’ yang tahan hingga 24 jam dengan suhu -27 derajat celcius. Portable Cool Box menyediakan boks dengan sistem pendingin aktif yang menggunakan larutan NaCL (garam) sebagai bahan pendingin.
Ketua Forum Jejaring I-PLAN Dr. Soenan Hadi Poernomo mengatakan, setelah melihat banyaknya gagasan inovatif dari kompetisi ini, ia berharap para pemenang dapat memberikan dampak yang berkelanjutan dan terus mengembangkan teknologinya.
“Kami juga memahami, bahwa semua inovasi tersebut harus disertai dengan kajian terapan di lapangan, sehingga memang terbukti dapat diterapkan dan nilainya positif bagi semua pihak, baik produsen, pemasar, maupun konsumen, serta dari aspek nilai gizinya,” kata Soenan dalam keterangan persnya.
Pemenang kompetisi Innovation Challenge berhak mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp30 juta untuk pemenang utama dan Rp 20 juta untuk pemenang runner-up. Para juara utama juga akan mendapatkan pendanaan maksimal Rp 1 miliar untuk melakukan uji coba di Surabaya dan Probolinggo dengan menggunakan prototipe yang sudah dibuat.
Tidak hanya itu, Nanyang Technological University (NTU) di Singapura - melalui inisiatif NTUit - akan mengajak para pemenang utama ke dalam program pelatihan selama 7 minggu di Jakarta, yang berfokus pada uji coba pasar dan komersialisasi. Keempat juara utama lalu akan kembali berkompetisi pada bulan Maret 2019 di Jakarta untuk memperebutkan hadiah utama senilai USD20.000 - USD30.000 (sekitar Rp 291 juta hingga Rp 437 juta).
Penjurian dilakukan oleh 5 juri yang ahli dalam bidangnya yaitu Dr. Marudut, BSc. MPS. dari Politeknik Kesehatan Masyarakat Kemenkes Jakarta II, Dr. Artati Widiarti, Analyst of Market Development for Marine and Fisheries Products, Directorate General of Product Competitiveness, Kementerian Perikanan dan Kelautan RI, Ravi Menon, Country Director Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Denny Thanoto, Country Principal dari Meloy Fund, dan Ir Budhi Wibowo, Ketua AP5I Indonesian Fishery Product Processing and Marketing Association.
Dadang Suherman dari tim Maslaha menjelaskan bahwa ia telah meneliti teknologi alternatif pengganti es batu dan melakukan uji coba lapangan di 30 kota penghasil ikan tangkap selama empat tahun terakhir.
“Dari hasil uji coba, teknologi ini bisa menjaga kualitas, nutrisi, protein, dan organoleptik ikan dengan sangat baik. Maslaha Cold Bank sudah siap untuk diproduksi massal dan dipasarkan, namun selama ini saya masih terkendala di masalah permodalan. Dengan mengikuti Innovation Challenge dari I-PLAN, saya optimis bahwa teknologi ini bisa dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, khususnya pelaku UKM di bidang perikanan tangkap,” ungkap pria asal Yogyakarta ini.
Innovation Challenge diadakan sebagai inisiatif untuk mencari solusi atas masalah kerugian pasca-panen ikan laut segar di Indonesia. Berdasarkan studi oleh Dalberg pada tahun 2017, setiap tahunnya, Indonesia kehilangan 25% kuantitas ikan segar atau setara dengan 16.000-27.500 metrik ton protein ikan.
Hal ini disebabkan oleh manajemen pasca-panen yang kurang optimal. Di tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkirakan nilai kerugian pasca panen mencapai Rp 30 triliun.
Innovation Challenge diprakarsai oleh GAIN, lewat program I-PLAN (Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition), bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan serta dengan didukung penuh oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Dalam prosesnya, I-PLAN juga menggandeng Innovation Factory dan BLOCK71 Jakarta sebagai mitra pelaksana.
Dr. Soenan menambahkan, “Kami sangat senang bisa bertemu dengan banyak inovator muda Indonesia dari berbagai latar belakang yang memiliki cara kreatif untuk mengatasi post-harvest loss. I-PLAN bersama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI akan terus berhubungan intensif untuk mengadopsi ide-ide teknologi ini secara luas, sehingga dapat mengurangi kerugian pasca-panen ikan segar di Indonesia secara signifikan.”