Ada Kekhawatiran Perusahaan di Asia Pasifik Terkait Kesenjangan dalam Kemampuan Keamanan Siber
Laporan tahun ini menunjukkan satu tren penting yang terus mewarnai bisnis di Asia Pasifik, yakni kesenjangan skill di bidang keamanan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam perekonomian digital yang semakin terkoneksi saat ini, cara perusahaan berhubungan dengan pelanggan dan menciptakan pemasukan sangat bergantung pada pengalaman digital yang didukung oleh aplikasi.
Dalam banyak hal, aplikasi bukan lagi sekadar bagian dari bisnis.
"Aplikasi adalah bisnis itu sendiri,” kata Andre Iswanto Senior Manager, Systems Engineering F5 Indonesia kepada wartawan, Jumat (13/3/2020).
Andre memaparkan laporan berjudul State of Application Services (SOAS) 2020: Edisi Asia Pasifik yang merupakan hasil masukan dari hampir 2.600 responden di seluruh dunia (dengan 1.300 responden dari Asia Pasifik) di berbagai industri, ukuran perusahaan, dan peran.
Responden ditanya mengenai tantangan dan peluang yang tercipta di tengah proses transformasi digital saat ini.
Laporan tahun ini menunjukkan satu tren penting yang terus mewarnai bisnis di Asia Pasifik, yakni kesenjangan skill di bidang keamanan.
Memanfaatkan kesempatan dan menerobos siklus disrupsi menuntut perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi di SDM, teknologi, dan mitra terpercaya agar dapat membangun dan mengimplementasikan aplikasi yang lebih cepat, selalu tersedia, dan lebih aman di seluruh lingkungan (on-premise maupun cloud).”
Baca: Cara Ikut Mudik Gratis BUMN 2020 di Aplikasi JRku, Simak Syarat dan Ketentuannya
Baca: Reaksi Ruben Onsu Lihat Orang yang Berlebihan Antisipasi Virus Corona
Baca: Reaksi El Rumi saat Gagal Foto Formasi Lengkap Bareng Maia Estianty, Ahmad Dhani, & 2 Saudaranya
Tanggapan mereka memberikan pandangan yang unik terhadap tren yang membentuk lanskap aplikasi dan bagaimana perusahaan di seluruh dunia bertransformasi demi memenuhi tuntutan perekonomian digital yang terus berubah.
Survei ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengelola arsitektur lama, multi-cloud, hybrid-cloud dan modern dalam menjalankan aplikasi, persyaratan untuk layanan aplikasi pun ikut berkembang.
Untuk mengatasi terbatasnya keahlian dan tantangan integrasi, perusahaan memilih ekosistem terbuka yang menawarkan standarisasi.
Responden sangat menghargai layanan aplikasi yang aman dan mudah digunakan.
"Secara keseluruhan, temuan utama untuk Asia Pasifik mengungkap bahwa kawasan ini setara dengan dunia secara keseluruhan dalam hal transformasi digital," kata Andre Iswanto.
Namun, penggalian yang lebih dalam pada temuan pasar mengungkapkan adanya perbedaan kecil di antara perusahaan-perusahaan di kawasan tersebut.
Responden dari negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, ASEAN, dan India melaporkan dimulainya berbagai proyek transformasi digital yang mencakup menyertakan teknologi-teknologi baru dalam proses operasionalnya.
Namun, respon yang disampaikan juga mengungkapkan bahwa berbagai perusahaan di negara-negara tersebut juga menghadapi tantangan dalam bentuk aplikasi bisnis yang jumlahnya berlebihan.
Di sisi lain, negara-negara seperti China, Hong Kong, Taiwan, Korea dan Jepang masih berada di tahap awal dalam implementasi inisiatif transformasi digital.
Beberapa perusahaan berusaha mengimplementasikan teknologi baru tertentu seperti kecerdasan buatan (AI) atau mengotomasi infrastruktur aplikasi mereka.
Laporan ini membeberkan penelitian secara mendalam yang menghasilkan lima temuan utama sebagai berikut:
• 82% perusahaan di Asia Pasifik (global 80%) melaksanakan transformasi digital yang semakin menekankan percepatan penyediaan layanan di pasar
• 86% perusahaan di Asia Pasifik (global 87%) sudah menerapkan multi-cloud dan sebagaian besar masih berkutat dengan masalah keamanan.
• 71% perusahaan di Asia Pasifik (global 73%) melakukan otomasi jaringan untuk meningkatkan efisiensi.
• 68% perusahaan di Asia Pasifik (global 69%) menggunakan 10 atau lebih layanan aplikasi.
• 63% perusahaan masih menempatkan tanggung jawab utama layanan aplikasi kepada operasional TI, tapi lebih dari setengah yang disurvei juga beralih ke tim yang terinspirasi DevOps.