Klarifikasi Kemenkes soal Dugaan Kebocoran Data eHAC, Minta Pengguna Hapus Aplikasi eHAC yang Lama
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait dugaan kebocoran 1,3 juta data pengguna aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC).
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
"Ini sudah diketahui oleh pemerintah dan saat ini pemerintah sudah melakukan tindakan pencegahan."
"Serta melakukan upaya lebih lanjut, dengan melibatkan Kementerian Kominfo dan juga pihak berwajib," terang Anas.
Baca juga: Aplikasi PeduliLindungi Telah Diunduh 32,8 Juta Orang
Ia menambahkan, aplikasi eHAC yang lama tersebut kini sudah tidak digunakan.
Kemudian, aplikasi eHAC yang lama juga sudah dinonaktifkan oleh pemerintah.
"Sebagai langkah mitigasi, maka eHAC yang lama sudah dinonaktifkan."
"Saat ini eHAC tetap dilakukan, tetapi berada di PeduliLindungi," jelas Kemenkes.
Baca juga: Legislator PKS Kritik Kebijakan Penggunaan Aplikasi Peduli Lindungi
Anas menegaskan, data eHAC di aplikasi PeduliLindungi memiliki server dan infrastruktur di Pusat Data Nasional yang dijamin aman.
"Untuk eHAC yang ada di PeduliLindungi, server-nya ada di pusat data nasional, yang terjamin keamanannya," tambahnya.
Kemenkes lalu mengimbau pengguna agar menghapus aplikasi eHAC yang lama.
Baca juga: Pabrik Boleh Beroperasi 100 Persen Lagi tapi Wajib Pakai QR Code PeduliLindung
Data eHAC Diduga Bocor
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, data di aplikasi eHAC diduga bocor dan tak sengaja mengekspos lebih dari 1 juta data pribadi orang dalam aplikasi tersebut.
Kabar kebocoran data massal di aplikasi eHAC ini mengacu pada laporan artikel yang diterbitkan vpnmentor.com, Senin (30/8/2021).
Tim peneliti vpnMentor yang dipimpin oleh Noam Rotem dan Ran Locar, menemukan pelanggaran data dalam program eHAC Indonesia yang dibuat untuk mengatasi penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia.
Baca juga: Data Pengguna eHAC Bocor, PKS: Pemerintah Harus Bertanggung Jawab!
eHAC adalah aplikasi 'test and trace' bagi orang-orang yang masuk ke Indonesia untuk memastikan mereka tidak membawa virus ke negara tersebut.