Bukan Konglomerat, Kisah Otto Toto Sugiri 'Bill Gates'-nya Indonesia, Jadi Orang Terkaya RI No-19
Salah satu orang terkaya di Indonesia kini tidak dikuasai oleh pengusaha konglomerasi, namun dari pelaku teknologi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Dunia digital kini mencatatkan sejarah baru.
Salah satu orang terkaya di Indonesia kini tidak dikuasai oleh pengusaha konglomerasi, namun dari praktisi teknologi.
Adalah Otto Toto Sugiri. Pria 68 tahun ini saat ini tercatat pada jajaran 50 orang terkaya di Indonesia 2021 versi media bisnis Forbes.
Saat artikel ini dimuat, Otto menduduki peringkat ke-19 sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Hartanya tercatat mencapai 2,5 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 35,62 triliun (kurs Rp 14.250).
Baca juga: 3 Wanita Ini Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia Versi Forbes, Simak Profilnya
Dengan hartanya tersebut, Otto bisa saja menjadi konglomerat baru dengan mengembangkan usahanya itu.
Kekayaannya di bidang teknologi membuatnya dijuluki sebagai "Bill Gates"-nya Indonesia.
Nama Otto bagi sebagian orang yang selalu mengikuti perkembangan teknologi, khususnya di Tanah Air, mungkin sudah tak asing lagi.
Ia adalah presiden direktur perusahaan Data Center Indonesia (DCI) Indonesia. DCI merupakan perusahaan pusat data terbesar di Indonesia yang menyediakan penyimpanan data server dan layanan ruang pusat data.
Baca juga: Telkom Jadi Satu-Satunya Perusahaan Indonesia di Jajaran Forbes 2021 World’s Best Employer
Merawat Ibu dan proyek pertama Otto sendiri termasuk pengusaha teknologi paling awal di Indonesia yang membantu pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan pusat data terbesarnya yaitu DCI.
Empat dekade lebih pengalamannya di bidang teknologi, membawanya ke titik sukses saat ini.
Perjalanan karirnya dimulai sejak dirinya meraih gelar sarjana teknik elektro pada tahun 1980 di RWTH Aachen University di Jerman.
Saat itu dirinya pulang ke Indonesia untuk merawat ibunya sekaligus memulai proyek pertamanya yakni membuat pemrograman lokal, seperti software untuk perusahaan minyak dan program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.
Pada tahun 1983, Otto mulai bergabung dengan Bank Bali untuk membuat sebuah software akuntansi yang memudahkan para pegawai akuntansi bank lebih efisien dalam mengerjakan tugasnya.
Baca juga: Forbes: Rihanna Sekarang Resmi Menjadi Miliarder, Kekayaan Capai Rp24,3 Triliun