TikTok Diserang Peretas AgainstTheWest, Jubir Membantah
TikTok membantah laporan yang menyebutkan platformnya telah disusupi oleh kelompok peretas AgainstTheWest.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - TikTok membantah laporan yang menyebutkan platformnya telah disusupi oleh kelompok peretas AgainstTheWest.
Dilansir dari The Verge, kelompok peretas AgainstTheWest sebelumnya memposting gambar yang mereka klaim sebagai basis data TikTok ke sebuah forum peretasan.
Kelompok peretas ini mengklaim basis data itu berisi lebih dari 2 miliar catatan dan data pengguna senilai 790GB, statistik platform, kode dan banyak lagi.
Klaim tersebut telah dibantah TikTok yang mengatakan pihaknya tidak menemukan bukti pelanggaran keamanan di platformnya.
"Kami telah mengkonfirmasi bahwa sampel data yang dipermasalahkan semuanya dapat diakses publik dan bukan karena kompromi sistem, jaringan, atau basis data TikTok," sebut juru bicara TikTok, Maureen Shanahan.
Kami tidak percaya pengguna perlu mengambil tindakan proaktif apa pun, dan kami tetap berkomitmen untuk keselamatan dan keamanan komunitas global kami," kata Maureen Shanahan.
Baca juga: Cara Ubah Teks Jadi Suara Google Lewat Botika, Sound Viral di TikTok
Troy Hunt, Direktur regional Microsoft dan pencipta situs web "Have I Been Pwned?", yang menyediakan layanan pemeriksaan apakah sebuah akun telah disusupi, menyebut data yang diposting AgainstTheWest tidak meyakinkan.
"Beberapa data adalah sampah, tetapi bisa berupa data non-produksi atau data uji. Ini sedikit campuran tas sejauh ini," ungkap Hunt pada postingan Twitter-nya.
Selain mengklaim telah meretas dan mendapatkan data TikTok, AgainstTheWest juga mengaku memperoleh data aplikasi pesan China WeChat.
Baca juga: Cara Download Video dan Lagu TikTok Tanpa Watermark Kualitas HD
Namun Hunt tidak dapat mengonfirmasi apakah basis data WeChat itu berisi informasi curian, dan WeChat tidak segera menanggapi permintaan komentar.
TikTok sebelumnya telah mengambil beberapa langkah untuk memperkuat keamanan platformnya, seperti menyimpan data pengguna Amerika Serikat (AS) di server Oracle yang berbasis di Negeri Paman Sam.
Langkah tersebut dilakukan untuk mematahkan tuduhan yang menyebut karyawan TikTok di China dapat mengakses informasi pengguna AS.