Data 487 Juta Pengguna WhatsApp di 84 Negara Bocor dan Dijual Online, Termasuk Indonesia?
Dari 487 juta data yang bocor, 32 juta di antaranya diklaim adalah nomor telepon milik pengguna WhatsApp di Amerika Serikat (AS).
Editor: Muhammad Zulfikar
"BSSN juga telah melakukan koordinasi dengan penegak hukum, dengan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri," kata Ariandi Putra.
Lanjut Ariandi mengatakan, BSSN telah menelusuri sejumlah dugaan kebocoran data yang terjadi.
Pihaknya sudah melakukan validasi terhadap data-data yang dipublikasikan.
Selain itu, BSSN juga melakukan koordinasi dengan setiap penyelenggara sistem elektronik yang diduga mengalami insiden kebocoran data.
"Termasuk dengan penyelenggara sistem elektronik di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara," tuturnya.
BSSN bersama Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) juga telah memperkuat sistem keamanan pada ruang siber.
"Melakukan upaya-upaya mitigasi cepat untuk memperkuat sistem keamanan siber guna mencegah risiko yang lebih besar pada beberapa PSE tersebut," kata Ariandi.
Ariandi pun meminta seluruh PSE tuntuk memastikan keamanan sistem elektronik di lingkungannya masing-masing.
Di mana sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Baca juga: Cara Membuat Polling di Grup WhatsApp Baik di Android Maupun iOS, Simak Langkah-langkahnya
BIN Pastikan Dokumen Milik Negara Aman
Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan dokumen kepresidenan milik Presiden Jokowi masih aman dari upaya peretasan.
Pihaknya terus berupaya melindungi data-data rahasia Jokowi secara maksimal dari serangan peretas atau hacker.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto.
"Sampai saat ini masih aman, dan kita tetap berupaya karena ini adalah user kita dan tentu saja segala apa-apa yang menjadi dokumen ataupun surat-surat penting lainnya itu harus betul-betul terlindungi secara maksimal," kata Wawan, Sabtu (10/9/2022) dilansir Tribunnews sebelumnya.
Wawan mengatakan BIN telah melakukan penguatan pengamanan data kepresidenan dengan pembaharuan sistem enkripsi.
Enkripsi adalah proses teknis mengonversikan informasi menjadi kode rahasia, sehingga mengaburkan data yang disimpan untuk alasan keamanan data.
Dirinya memastikan BIN terus berupaya melakukan pengamanan data dari pembobolan.
Baca juga: Cara Membuat Polling di Grup WhatsApp Baik di Android Maupun iOS, Simak Langkah-langkahnya
Lanjut Wawan mengatakan, peretasan tersebut tak hanya terjadi di Indonesia.
"Kalau mengenai apa upaya-upaya dari pihak-pihak hacker dan sebagainya terus-menerus terjadi."
"Tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia," ungkap Wawan. (Tribunnews.com/Kompas.com)